MATERI
PEMBINAAN HOMILETIKA PW JEMAAT GALILEA BARUGA
25
Juni 2014
Pardamean
Simatupang
Mahasiswa
STT INTIM Makasar
A. HOMILETIKA: PENGERTIAN DAN DASARNYA
Definisi Khotbah menurut Wikipedia
adalah salah satu cara yang dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan. Berdasarkan bahasa Yunani, Homiletika sendiri berarti bertemu.
Homiletika memiliki lima aspek yang
antara lain:
1.
bertemu untuk melawan
musuh (iblis, band. Ef. 6:12),
2.
campur baur (persekutuan
secara rohani),
3.
bercakap-cakap (misalnya
diskusi PA),
4.
membahas satu
topik (memiliki
tema yang konsisten), serta
5.
bersetubuh (mistisisme
yang menggambarkan hubungan Allah dengan umat-Nya).
Dalam ilmu Homiletika terdapat perbedaan
antara prinsip dengan inti serta rupa, dan dalam perkembangan masa kini
diperhatikan pula:
1.
subjek
(pengkhotbah),
2.
objek
(pendengar), dan
3.
tempat
(suasana).
Sebagai landasan alkitabiah,
panggilan-panggilan untuk berkhotbah terdapat dalam:
1.
Matius
1:15 (kerajaan Allah sudah dekat),
2.
Markus
6:12 (merangsang untuk bertobat agar selamat),
3.
Markus
13:10 (Injil harus sampai kepada semua bangsa),
4.
Lukas
4:32 (memberitakan Firman Tuhan dengan kuasa Roh Kudus hingga umat menjadi
takjub)
5.
Roma
10:17 (Firman Tuhan yang sampai kepada pendengar membuatnya beriman dan
diselamatkan), serta
6.
I
Tesalonika 1:5 (kepastian yang kokoh yang dibimbing oleh Roh Kudus).
B. REALITA BERKHOTBAH
Faktor-faktor yang menyebabkan khotbah
terkesan tidak baik antara lain:
1.
si
pengkhotbah kurang persiapan,
2.
berputar-putar,
3.
tidak
sistematis,
4.
tidak
memandang audiens,
5.
dan
gugup karena kurang percaya diri dan kurang berkonsentrasi.
Agar khotbah dapat dimengerti oleh
audiens, mintalah feedback kepada pendengar yang kita berikan khotbah. Kendala
terbesar saat berkhotbah adalah gugup, sebab setiap orang memiliki adrenalin
yang memicu rasa gugupnya untuk muncul. Ada beberapa alasan mengapa rasa gugup
terus muncul, yaitu: belum terbiasa, tidak persiapan, memiliki konflik dengan
pendengarnya, atau hal-hal dari luar (mis. Kegaduhan, keributan), yang terparah
adalah ketika ingin sombong.
Kunci berkhotbah yang baik dan benar
antara lain:
1.
durasi
khotbah maksimal 15-20 menit,
2.
melakukan
persiapan dengan matang,
3.
istirahat
yang cukup,
4.
menyusun
secara sistematis,
5.
sesuai
dengan tema, dan
6.
berdoa.
Khotbah memiki posisi penting dalam
gereja sebab Allah sendiri memberi mandat untuk meneruskan Firman Allah kepada
umat. Yesus juga mengutamakan khotbah dalam memberitakan kerajaan Allah yaitu
melalui pengajaran, penghiburan, dan teguran-tegurannya.
Khotbah memiliki golongan-golongan
tertentu untuk dibawakan dalam setiap ibadah antara lain pada tahun gerejawi
(ibadah minggu, natal, paskah, dan lain-lain), insidentil (pembaptisan, sidi,
pemberkatan nikah, dan lain-lain), syukuran (HUT, hari kemerdekaan, dies
natalis, dan lain-lain) serta kategorial (ibadah PW, PKB, dan lain-lain).
Khotbah memiliki dua bentuk yang antara
lain:
1.
khotbah
langsung (dari mimbar), dan
2.
khotbah
tidak langsung (perbuatan hidup sehari-hari). Khotbah dalam kehidupan
sehari-hari sangat ditekankan sebab pengkhotbah merupakan utusan Allah untuk
memberitakan Injil, baik secara batiniah maupun rohaniah.
Pengkhotbah juga merupakan:
1.
nabi
masa kini (yang mencegah pemerintahanan untuk “terlalu” mengikuti arus zaman
yang negatif),
2.
imam
(yang menjadi perantara/pendamai antara umat dengan Allah),
3.
gembala
(yang membimbing umat tetap dekat dengan Allah), serta
4.
saksi
(yang menyatakan kebenaran tentang Allah).
Untuk turun ke dalam jemaat, seorang teolog harus
mampu menyederhanakan sebuah “dogma” untuk disampaikan dan dimengerti oleh pendengar
sesuai dengan pengertiannya. Untuk itu, sangat disarankan untuk menolak khotbah
dadakan sebab tanggung jawab tersebut sangatlah beresiko bagi si pengkhotbah
maupun pendengar.
Yang menjadi poin penting disini adalah
berdoa secara baik dan teratur, khususnya
dalam doa syafaat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mencatat
pokok-pokok doa yang akan disampaikan dalam doa syafaat. Semakin sedikit
kesempatan berkhotbah, semakin banyak waktu yang dapat dipakai untuk
mempersiapkan khotbah. Sebab “kualitas” berkhotbah lebih penting dari pada “kuantitas”
berkhotbah.
C.
KHOTBAH
Dalam langkah
menuju khotbah, konteks sastra
merupakan metode yang ditempuh untuk menemukannya. Dalam konteks sastra
terdapat tiga unsur yang perlu dikaji. Unsur-unsur tersebut adalah kalimat, fasal (analisa struktur teks), dan kata kunci. Sebagai contoh untuk menggunakan metode ini, perikop
Alkitab yang diambil adalah dari Mazmur pasal 93 yang berjudul “Tuhan, raja
yang kekal”.
Dalam
menganalisa kata kunci, kita dapat
mencari kata-kata yang diungkapkan berulang-ulang, misalnya dalam contoh Mazmur
93 terdapat kata hebat, Tuhan dan raja, serta mengangkat. Adapun
kata yang diucapkan sekali namun memiliki beberapa persamaan, misalnya sungai-sungai, suara air, dan ombak
adalah sama sebagai air, juga dikategorikan sebagai kata kunci.
Untuk
menganalisa fasal, kita perlu
menentukan pembagian-pembagian struktur dari teks tersebut. Setelah menentukan
pembagian, kita bisa memilih tema dari setiap bagian. Hasil dari analisa kata
kunci dan analisa fasal itu dapat kita gunakan sebagai “patron” awal kita untuk
menentukan arah khotbah.
1 TUHAN adalah Raja, Ia
berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh,
telah tegak dunia, tidak bergoyang;
2 takhta-Mu tegak sejak dahulu
kala, dari kekal Engkau ada.
3 Sungai-sungai telah mengangkat,
ya TUHAN, sungai-sungai telah mengangkat suaranya, sungai-sungai mengangkat
bunyi hempasannya.
4 Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan
ombak laut yang hebat, lebih hebat TUHAN di tempat tinggi.
5 Peraturan-Mu sangat teguh;
bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa.
Observasi juga
diperlukan untuk menambah dan mengklarifikasi hasil yang telah kita dapatkan
dari analisa pertama kita. Observasi dalam hal ini tidak berbeda jauh dengan
observasi pada umumnya, yaitu menggunakan metode 5W + 1H (what, who, why, when
dan where serta how). Hasil observasi inilah yang kemudian lebih membantu kita
untuk menemukan amanat teks (AT)
untuk kemudian diarahkan kepada amanat
khotbah (AK).
Amanat teks pada dasarnya merupakan proses
pengeksegesean teks Alkitab itu sendiri. Namun dalam penerapannya, kita bisa
mendasarkan eksegese kita dari hasil analisa di atas lalu kemudian menganalisa
konteks (mikro-konteks) serta makrokonteks (terlebih untuk teks sastra). Dalam
mendalami teks sastra tersebut, kita mula-mula perlu menganalisa genre teks
tersebut dan di golongkan sebagai jenis sastra yang seperti apa, misalnya
Mazmur 93 sebagai teks sastra yang bergenre pujian atau nyanyian.
Amanat khotbah kemudian dapat kita jadikan
sebagai sebuah rangkuman yang dapat dituangkan dalam satu atau dua kalimat yang
menjadi inti dari teks. Proses-proses di atas merupakan langkah awalnya dan pada
akhirnya kita bisa lebih dipermudahkan untuk menentukan pesan (kerugma) inti dari teks tersebut untuk dapat kita jadikan
dasar menetukan aplikasi dari teks.
Tujuan membuat
amanat teks antara lain:
1.
Membuat
kebenaran lebih komunikatif dan universal
2.
Amanat
khotbah mengatur semua elemen ibadah
3.
Membuat
khotbah berpusat pada teks
4.
Membuat
pendengar mampu menangkap pesan utama
Selanjutnya,
untuk menyampaikan khotbah tersebut kepada jemaat, ada empat hal yang perlu
kita teliti mengenai pendengar yang akan kita khotbahi, antara lain:
1.
kita
perlu mengetahui latar belakang pendidikan agar dalam penyampaian tidak keliru menggunakan
bahasa.
2.
mengetahui
latar belakang sosial sehingga menghindari ketersinggungan yang mungkin saja
bisa terjadi.
3.
mengetahui
pergumulan pendengar agar arah khotbah bisa ditujukan dengan benar dan mengenai
sasaran dengan tepat.
4.
mencari
tahu kepribadian orang-orang tertentu yang memiliki pengaruh dalam jemaat,
misalnya tua-tua jemaat.
Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan dalam struktur khotbah, yaitu:
1.
Kesatuan khotbah yang
bertujuan untuk mengingatkan agar khotbah yang disampaikan tidak keluar dari
amanat khotbah
2.
Urutan khotbah yang
diperlukan agar gagasan yang ada dapat disusun secara sistematis dan kronologis
sebagai pengembangan yang mengarahkan khotbah pada aplikasi..
3.
Bentuk khotbah yang terbagi
atas dua kerangka, yaitu:
a.
Kerangka tradisional:
· puritan (pendahuluan; penjelasan teks dan
aplikasi; penutup)
· tiga pokok (pendahuluan; amanat khotbah yang
terbagi atas tiga pokok; penutup)
· pemecahan masalah (pendahuluan yang membahas
masalah atau menggunakan analogi sebuah masalah; pendalaman masalah yang dapat
dibubuhi dengan dilema; pemecahan masalah; penutup yang berisikan hasil dan
makna).
b.
Kerangka modern:
· dua tahap (pendahuluan yang dapat berisikan sebuah
topik/pokok yang menarik dan relevan; pembahasan teks yang kemudian dapat
dialihkan pada prinsip hidup pribadi ataupun umum untuk pada akhirnya tiba pada
aplikasi; penutup)
· empat halaman/four pages (halaman
pertama membahas teks Alkitab yang adalah pokok/masalah pada konteks dahulu;
halaman kedua membahas keadaan/konteks masa kini; halaman ketiga membahas
kembali teks Alkitab sebagai solusi dari masalah; halaman empat membahas solusi
dan makna untuk konteks masa kini)
· khotbah deduktif (terbagi atas tiga poin yang
berisikan argumentasi atau aplikasi dan diakhiri dengan penutup yang berisikan
pengulangan amanat khotbah agar pendengar bisa lebih maksimal menerima pesan
dari khotbah).
Sumber Homiletika:
Pdt. J. A. Link, Materi Kelas Homiletika, STT INTIM Makassar
Sumber Homiletika:
Pdt. J. A. Link, Materi Kelas Homiletika, STT INTIM Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar