Kamis, Juli 03, 2014

Homiletika



MATERI PEMBINAAN HOMILETIKA PW JEMAAT GALILEA BARUGA
25 Juni 2014
Pardamean Simatupang
Mahasiswa STT INTIM Makasar


A.    HOMILETIKA: PENGERTIAN DAN DASARNYA
Definisi Khotbah menurut Wikipedia adalah salah satu cara yang dipakai untuk mengkomunikasikan pesan. Berdasarkan bahasa Yunani, Homiletika sendiri berarti bertemu.
Homiletika memiliki lima aspek yang antara lain:
1.      bertemu untuk melawan musuh (iblis, band. Ef. 6:12),
2.      campur baur (persekutuan secara rohani),
3.      bercakap-cakap (misalnya diskusi PA),
4.      membahas satu topik (memiliki tema yang konsisten), serta
5.      bersetubuh (mistisisme yang menggambarkan hubungan Allah dengan umat-Nya).
Dalam ilmu Homiletika terdapat perbedaan antara prinsip dengan inti serta rupa, dan dalam perkembangan masa kini diperhatikan pula:
1.      subjek (pengkhotbah),
2.      objek (pendengar), dan
3.      tempat (suasana).
Sebagai landasan alkitabiah, panggilan-panggilan untuk berkhotbah terdapat dalam:
1.      Matius 1:15 (kerajaan Allah sudah dekat),
2.      Markus 6:12 (merangsang untuk bertobat agar selamat),
3.      Markus 13:10 (Injil harus sampai kepada semua bangsa),
4.      Lukas 4:32 (memberitakan Firman Tuhan dengan kuasa Roh Kudus hingga umat menjadi takjub)
5.      Roma 10:17 (Firman Tuhan yang sampai kepada pendengar membuatnya beriman dan diselamatkan), serta
6.      I Tesalonika 1:5 (kepastian yang kokoh yang dibimbing oleh Roh Kudus).

B.     REALITA BERKHOTBAH
Faktor-faktor yang menyebabkan khotbah terkesan tidak baik antara lain:
1.      si pengkhotbah kurang persiapan,
2.      berputar-putar,
3.      tidak sistematis,
4.      tidak memandang audiens,
5.      dan gugup karena kurang percaya diri dan kurang berkonsentrasi.
Agar khotbah dapat dimengerti oleh audiens, mintalah feedback kepada pendengar yang kita berikan khotbah. Kendala terbesar saat berkhotbah adalah gugup, sebab setiap orang memiliki adrenalin yang memicu rasa gugupnya untuk muncul. Ada beberapa alasan mengapa rasa gugup terus muncul, yaitu: belum terbiasa, tidak persiapan, memiliki konflik dengan pendengarnya, atau hal-hal dari luar (mis. Kegaduhan, keributan), yang terparah adalah ketika ingin sombong.
Kunci berkhotbah yang baik dan benar antara lain:
1.      durasi khotbah maksimal 15-20 menit,
2.      melakukan persiapan dengan matang,
3.      istirahat yang cukup,
4.      menyusun secara sistematis,
5.      sesuai dengan tema, dan
6.      berdoa.
Khotbah memiki posisi penting dalam gereja sebab Allah sendiri memberi mandat untuk meneruskan Firman Allah kepada umat. Yesus juga mengutamakan khotbah dalam memberitakan kerajaan Allah yaitu melalui pengajaran, penghiburan, dan teguran-tegurannya.
Khotbah memiliki golongan-golongan tertentu untuk dibawakan dalam setiap ibadah antara lain pada tahun gerejawi (ibadah minggu, natal, paskah, dan lain-lain), insidentil (pembaptisan, sidi, pemberkatan nikah, dan lain-lain), syukuran (HUT, hari kemerdekaan, dies natalis, dan lain-lain) serta kategorial (ibadah PW, PKB, dan lain-lain).
Khotbah memiliki dua bentuk yang antara lain:
1.      khotbah langsung (dari mimbar), dan
2.      khotbah tidak langsung (perbuatan hidup sehari-hari). Khotbah dalam kehidupan sehari-hari sangat ditekankan sebab pengkhotbah merupakan utusan Allah untuk memberitakan Injil, baik secara batiniah maupun rohaniah.
Pengkhotbah juga merupakan:
1.      nabi masa kini (yang mencegah pemerintahanan untuk “terlalu” mengikuti arus zaman yang negatif),
2.      imam (yang menjadi perantara/pendamai antara umat dengan Allah),
3.      gembala (yang membimbing umat tetap dekat dengan Allah), serta
4.      saksi (yang menyatakan kebenaran tentang Allah).
Untuk turun ke dalam jemaat, seorang teolog harus mampu menyederhanakan sebuah “dogma” untuk disampaikan dan dimengerti oleh pendengar sesuai dengan pengertiannya. Untuk itu, sangat disarankan untuk menolak khotbah dadakan sebab tanggung jawab tersebut sangatlah beresiko bagi si pengkhotbah maupun pendengar.
Yang menjadi poin penting disini adalah berdoa secara baik dan teratur, khususnya  dalam doa syafaat. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk mencatat pokok-pokok doa yang akan disampaikan dalam doa syafaat. Semakin sedikit kesempatan berkhotbah, semakin banyak waktu yang dapat dipakai untuk mempersiapkan khotbah. Sebab “kualitas” berkhotbah lebih penting dari pada “kuantitas” berkhotbah.
C.    KHOTBAH
Dalam langkah menuju khotbah, konteks sastra merupakan metode yang ditempuh untuk menemukannya. Dalam konteks sastra terdapat tiga unsur yang perlu dikaji. Unsur-unsur tersebut adalah kalimat, fasal (analisa struktur teks), dan kata kunci. Sebagai contoh untuk menggunakan metode ini, perikop Alkitab yang diambil adalah dari Mazmur pasal 93 yang berjudul “Tuhan, raja yang kekal”.
Dalam menganalisa kata kunci, kita dapat mencari kata-kata yang diungkapkan berulang-ulang, misalnya dalam contoh Mazmur 93 terdapat kata hebat, Tuhan dan raja, serta mengangkat. Adapun kata yang diucapkan sekali namun memiliki beberapa persamaan, misalnya sungai-sungai, suara air, dan ombak adalah sama sebagai air, juga dikategorikan sebagai kata kunci.
Untuk menganalisa fasal, kita perlu menentukan pembagian-pembagian struktur dari teks tersebut. Setelah menentukan pembagian, kita bisa memilih tema dari setiap bagian. Hasil dari analisa kata kunci dan analisa fasal itu dapat kita gunakan sebagai “patron” awal kita untuk menentukan arah khotbah.
1 TUHAN adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, TUHAN berpakaian, berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang;
2 takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.
3 Sungai-sungai telah mengangkat, ya TUHAN, sungai-sungai telah mengangkat suaranya, sungai-sungai mengangkat bunyi hempasannya.
4 Dari pada suara air yang besar, dari pada pecahan ombak laut yang hebat, lebih hebat TUHAN di tempat tinggi.
5 Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa.
Observasi juga diperlukan untuk menambah dan mengklarifikasi hasil yang telah kita dapatkan dari analisa pertama kita. Observasi dalam hal ini tidak berbeda jauh dengan observasi pada umumnya, yaitu menggunakan metode 5W + 1H (what, who, why, when dan where serta how). Hasil observasi inilah yang kemudian lebih membantu kita untuk menemukan amanat teks (AT) untuk kemudian diarahkan kepada amanat khotbah (AK).
Amanat teks pada dasarnya merupakan proses pengeksegesean teks Alkitab itu sendiri. Namun dalam penerapannya, kita bisa mendasarkan eksegese kita dari hasil analisa di atas lalu kemudian menganalisa konteks (mikro-konteks) serta makrokonteks (terlebih untuk teks sastra). Dalam mendalami teks sastra tersebut, kita mula-mula perlu menganalisa genre teks tersebut dan di golongkan sebagai jenis sastra yang seperti apa, misalnya Mazmur 93 sebagai teks sastra yang bergenre pujian atau nyanyian.
Amanat khotbah kemudian dapat kita jadikan sebagai sebuah rangkuman yang dapat dituangkan dalam satu atau dua kalimat yang menjadi inti dari teks. Proses-proses di atas merupakan langkah awalnya dan pada akhirnya kita bisa lebih dipermudahkan untuk menentukan pesan (kerugma) inti dari teks tersebut untuk dapat kita jadikan dasar menetukan aplikasi dari teks.
Tujuan membuat amanat teks antara lain:
1.      Membuat kebenaran lebih komunikatif dan universal
2.      Amanat khotbah mengatur semua elemen ibadah
3.      Membuat khotbah berpusat pada teks
4.      Membuat pendengar mampu menangkap pesan utama
Selanjutnya, untuk menyampaikan khotbah tersebut kepada jemaat, ada empat hal yang perlu kita teliti mengenai pendengar yang akan kita khotbahi, antara lain:
1.      kita perlu mengetahui latar belakang pendidikan agar dalam penyampaian tidak keliru menggunakan bahasa.
2.      mengetahui latar belakang sosial sehingga menghindari ketersinggungan yang mungkin saja bisa terjadi.
3.      mengetahui pergumulan pendengar agar arah khotbah bisa ditujukan dengan benar dan mengenai sasaran dengan tepat.
4.      mencari tahu kepribadian orang-orang tertentu yang memiliki pengaruh dalam jemaat, misalnya tua-tua jemaat.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam struktur khotbah, yaitu:
1.      Kesatuan khotbah yang bertujuan untuk mengingatkan agar khotbah yang disampaikan tidak keluar dari amanat khotbah
2.      Urutan khotbah yang diperlukan agar gagasan yang ada dapat disusun secara sistematis dan kronologis sebagai pengembangan yang mengarahkan khotbah pada aplikasi..
3.      Bentuk khotbah yang terbagi atas dua kerangka, yaitu:
a.       Kerangka tradisional:
·   puritan (pendahuluan; penjelasan teks dan aplikasi; penutup)
·   tiga pokok (pendahuluan; amanat khotbah yang terbagi atas tiga pokok; penutup)
·   pemecahan masalah (pendahuluan yang membahas masalah atau menggunakan analogi sebuah masalah; pendalaman masalah yang dapat dibubuhi dengan dilema; pemecahan masalah; penutup yang berisikan hasil dan makna).
b.      Kerangka modern:
·   dua tahap (pendahuluan yang dapat berisikan sebuah topik/pokok yang menarik dan relevan; pembahasan teks yang kemudian dapat dialihkan pada prinsip hidup pribadi ataupun umum untuk pada akhirnya tiba pada aplikasi; penutup)
·   empat halaman/four pages (halaman pertama membahas teks Alkitab yang adalah pokok/masalah pada konteks dahulu; halaman kedua membahas keadaan/konteks masa kini; halaman ketiga membahas kembali teks Alkitab sebagai solusi dari masalah; halaman empat membahas solusi dan makna untuk konteks masa kini)
·   khotbah deduktif (terbagi atas tiga poin yang berisikan argumentasi atau aplikasi dan diakhiri dengan penutup yang berisikan pengulangan amanat khotbah agar pendengar bisa lebih maksimal menerima pesan dari khotbah).


Sumber Homiletika:
Pdt. J. A. Link, Materi Kelas Homiletika, STT INTIM Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar