MATERI PEMBINAAN MUSIK GEREJA PKPG JEMAAT GALILEA BARUGA
25 Juni 2014
Pardamean Simatupang
Mahasiswa STT INTIM Makasar
A.
PENDAHULUAN
Dewasa kini seringkali, tanpa
sadar, kita menjadi pendengar musik yang begitu antusias. Bahkan mungkin kita
merasa adanya situasi yang hampa ketika saat itu kita tidak mendengarkan musik.
Setidaknya keberadaan musik pada masa kini sudah menjadi kebutuhan yang
sekunder. Musik menjadi kebutuhan sekunder berarti bahwa musik tidaklah menjadi
prioritas yang utama dalam kehidupan, namun musik juga memiliki peran yang
penting dalam beberapa hal dan cenderung bersifat pelengkap dalam berbagai
kebutuhan.
Di balik kebutuhan akan musik
tersebut, tidak sedikit hasil buruk yang dilandasi dari musik tersebut.
Misalnya yang ditulis oleh John Handol ML di dalam bukunya, “Nyanyian Lucifer”,
“Selama bertahun-tahun banyak kategori
musik rock telah berkembang. Dua jenis, heavy
metal dan rap, baru-baru ini
dikritik karena berisi ketidaksenonohan yang mengejutkan. … … … Sebuah Jurnal
Medis Texas menyatakan bahwa banyak dari pernyataan dalam heavy metal
mengagungkan sikap-sikap di luar batas kelaziman dalam hal seks, kekerasan,
kebencian, dan klenik atau ilmu gaib.”[1]
Berlandaskan kenyataan yang telah
terjadi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan musik tidaklah selalu
berada dalam jalur positif. Perlu disadari pula bahwa generasi muda masa kini
sangatlah sensitif dalam hal musik.
Seringkali generasi muda tidak mau ketinggalan dalam perkembangan musik-musik
yang sedang terkenal.
Tanpa memilah-milah dengan pertimbangan yang baik dan benar.
Semua musik, baik genre-nya
(aliran/jenis musik), artisnya, dan lain-lainya, pada dasarnya memiliki pesan
yang hendak disampaikan melalui musik tersebut. Hal inilah yang jarang menjadi
sorotan bagi para pendengar musik, khususnya generasi muda. Justru
kecenderungan pendengar musik masa kini hanya berfokus pada alunan melodinya,
indah atau tidak, sulit untuk dimainkan/dinyanyikan atau tidak, dan segala
fokus yang sebenarnya menjadi pertimbangan yang seharusnya ditempatkan di nomor
sekian setelah makna musik tersebut.
Karena kebutuhan akan musik yang
semakin meningkat, tentunya perlu antisipasi bagi gereja untuk memberikan
pendidikan yang lebih mendalam mengenai musik gereja. Selain mengajarkan musik
secara mendasar (teoritis), gereja juga perlu meningkatkan talenta setiap
anggotanya yang berpotensi pada bagian musik untuk memaksimalkan kemampuannya
tersebut di dalam pelayanannya (praksis). Agar tidak terjadi penyimpangan di
dalam proses tersebut, tentunya memerlukan pengetahuan yang luas dan mendalam
mengenai tema tersebut.
B. DASAR MUSIK DALAM ALKITAB
Kata “musik”
berasal dari bahasa Yunani àMusikous yang diambil dari salah satu nama kesembilan
dewa Yunani yang melambangkan keindahan, menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan.
Kini, musikous diartikan sebagai seni keindahan suara atau seni musik àArt
of Music. Dalam penciptaan alam semesta oleh Allah, setiap bagian ciptaannya
memiliki unsur musik, hanya saat kejatuhan manusia ke dalam dosa, mata serta
telinga manusia tertutup untuk melihat dan mendengar unsur musik tersebut.
Kejatuhan Lucifer dari Kerajaan Allah adalah alasan manusia diciptakan, yaitu
menggantikan posisi Lucifer untuk memuji nama Tuhan.
1.
Uraian Singkat Perjanjian Lama tentang Musik
- Yubal disebut sebagai bapa semua orang yang memainkan kecapi dan seruling (Kej. 4:21).
- Pentingnya musik dalam kehidupan sosial orang Ibrani (Kej. 31:27). Beberapa fungsi musik dalam kehidupan mereka antara lain pembuat sukacita, nyanyian pekerjaan, untuk mengabarkan berita, kegembiraan nasional, kemenangan dalam peperangan, anak gembala, pemuda di pintu gerbang, selama pesta, nyanyian wanita lajang, dan perkabungan ratapan. Ciri-ciri dari musik orang Ibrani adalah menggunakan nada pentatonik, menggunakan interval nada mikro, pembacaan Kitab Suci dengan menggunakan lagu, kebanyakan lagu-lagu dari Alkitab dinyanyikan dengan improvisasi, sedikit sekali penggunaan akor, syair lagu lebih penting daripada musiknya, lagu-lagu gerejawi serta lagu-lagu rakyatnya memiliki beberapa kesamaan.
- Nyanyian pujaan untuk Tuhan pertama kali dinyanyikan oleh Musa (Kel. 15:1-21).
- Musa diperintahkan untuk membuat dua buah terompet perak (Bil. 10). Angka dua dalam Alkitab berbicara tentang aspek keselamatan dan kematian. Perak melambangkan penebusan dan pemurnian melalui penderitaan. Fungsi pelayanan musik yang alkitabiah adalah memanggil orang untuk berkumpul dan menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
- Ada sebuah sekolah untuk para nabi yang mempelajari mazmur, musik, sejarah dan sebagainya yang didirikan di Israel pada zaman Nabi Samuel (1 Sam. 10:5).
- Daud mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan dalam roh dan menyediakan waktu untuk berkumpul dengan Samuel di sekolah untuk para nabi (1 Sam. 16:16-23; 19:18-24).
- Daud mengembalikan tabut Allah ke Israel dan menempatkannya di tempat penyembahan (1 Taw. 13:8).
- Daud melakukan cara pendekatan yang keliru terhadap hadirat Allah (2 Sam. 6:5; 1 Taw. 13:8).
- Daud mendirikan tabernakel (1 Taw. 15; 2 Sam. 6).
- Daud memerintah para pemain musik untuk melayani secara terus-menerus di depan tabut (1 Taw 16).
- Salomo membangun Bait Allah sesuai dengan petunjuk Daud, ayahnya (1 Taw. 3-5).
- Raja Yosafat mengirim pemusik dan penyanyi di depan tentaranya untuk mengalahkan musuh (2 Taw. 20).
- Di bawah pemerintahan Hizkia, kaum Lewi, penyanyi, pemusik direstorasi dan kembali ke Bait Allah sesuai dengan perintah Daud, dengan alat musik milik Daud, dan menurut kata-kata Daud (2 Taw. 29-30).
- Yosia, raja Yudea menyucikan Bait Allah kembali setelah pemerintahan Raja Amon yang jahat, dan menempatkan penyanyi dari para putra Asaf, Heman, dan Yedutun ke tempat mereka masing-masing (2 Taw. 35:1-19).
- Dua ratus penyanyi pria dan wanita ikut kembali, dan mereka di tetapkan untuk memuji Tuhan di bawah pimpinan Ezra, pada saat dipanggil keluarnya bangsa Israel dari Babilon (Ezr. 3:10-13).
- Pada waktu tembok Yerusalem ditahbiskan, para pemusik dan penyanyi ditempatkan bersama-sama dengan alat-alat musik milik Daud (Neh. 12:22-47).
- Pembangunan kembali tata tertib penyembahan dan cara memasuki kemah berisi tabut perjanjian (Am. 9:11-13).
- Yubal disebut sebagai bapa semua orang yang memainkan kecapi dan seruling (Kej. 4:21).
- Pentingnya musik dalam kehidupan sosial orang Ibrani (Kej. 31:27). Beberapa fungsi musik dalam kehidupan mereka antara lain pembuat sukacita, nyanyian pekerjaan, untuk mengabarkan berita, kegembiraan nasional, kemenangan dalam peperangan, anak gembala, pemuda di pintu gerbang, selama pesta, nyanyian wanita lajang, dan perkabungan ratapan. Ciri-ciri dari musik orang Ibrani adalah menggunakan nada pentatonik, menggunakan interval nada mikro, pembacaan Kitab Suci dengan menggunakan lagu, kebanyakan lagu-lagu dari Alkitab dinyanyikan dengan improvisasi, sedikit sekali penggunaan akor, syair lagu lebih penting daripada musiknya, lagu-lagu gerejawi serta lagu-lagu rakyatnya memiliki beberapa kesamaan.
- Nyanyian pujaan untuk Tuhan pertama kali dinyanyikan oleh Musa (Kel. 15:1-21).
- Musa diperintahkan untuk membuat dua buah terompet perak (Bil. 10). Angka dua dalam Alkitab berbicara tentang aspek keselamatan dan kematian. Perak melambangkan penebusan dan pemurnian melalui penderitaan. Fungsi pelayanan musik yang alkitabiah adalah memanggil orang untuk berkumpul dan menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
- Ada sebuah sekolah untuk para nabi yang mempelajari mazmur, musik, sejarah dan sebagainya yang didirikan di Israel pada zaman Nabi Samuel (1 Sam. 10:5).
- Daud mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan dalam roh dan menyediakan waktu untuk berkumpul dengan Samuel di sekolah untuk para nabi (1 Sam. 16:16-23; 19:18-24).
- Daud mengembalikan tabut Allah ke Israel dan menempatkannya di tempat penyembahan (1 Taw. 13:8).
- Daud melakukan cara pendekatan yang keliru terhadap hadirat Allah (2 Sam. 6:5; 1 Taw. 13:8).
- Daud mendirikan tabernakel (1 Taw. 15; 2 Sam. 6).
- Daud memerintah para pemain musik untuk melayani secara terus-menerus di depan tabut (1 Taw 16).
- Salomo membangun Bait Allah sesuai dengan petunjuk Daud, ayahnya (1 Taw. 3-5).
- Raja Yosafat mengirim pemusik dan penyanyi di depan tentaranya untuk mengalahkan musuh (2 Taw. 20).
- Di bawah pemerintahan Hizkia, kaum Lewi, penyanyi, pemusik direstorasi dan kembali ke Bait Allah sesuai dengan perintah Daud, dengan alat musik milik Daud, dan menurut kata-kata Daud (2 Taw. 29-30).
- Yosia, raja Yudea menyucikan Bait Allah kembali setelah pemerintahan Raja Amon yang jahat, dan menempatkan penyanyi dari para putra Asaf, Heman, dan Yedutun ke tempat mereka masing-masing (2 Taw. 35:1-19).
- Dua ratus penyanyi pria dan wanita ikut kembali, dan mereka di tetapkan untuk memuji Tuhan di bawah pimpinan Ezra, pada saat dipanggil keluarnya bangsa Israel dari Babilon (Ezr. 3:10-13).
- Pada waktu tembok Yerusalem ditahbiskan, para pemusik dan penyanyi ditempatkan bersama-sama dengan alat-alat musik milik Daud (Neh. 12:22-47).
- Pembangunan kembali tata tertib penyembahan dan cara memasuki kemah berisi tabut perjanjian (Am. 9:11-13).
2.
Ringkasan Referensi Perjanjian Baru tentang Musik
Bangsa Yahudi membiarkan penyembahan
mereka berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sangat formal. Inilah
masa-masa kemurtadan dan ketidakpercayaan, sehingga penyanyi dan alat-alat
musik tidak digunakan sebagai sarana penyembahan. Hanya firman yang dilagukan
oleh pendeta dan lagu-lagu yang didendangkan oleh pemimpin biduan (penyanyi
profesional) saya yang terdengar di dalam gereja.
· Yesus
pergi menggunakan waktu-waktu terbaik-Nya untuk memperkuat diri-Nya sendiri
dengan nyanyian (Mat. 26:30; Mrk. 14:26).
·
Ada
musik dan tarian saat anak yang hilang kembali (Luk. 15:25).
· Puji-pujian
Paulus dan Silas kepada Allah menyebabkan gempa bumi besar yang menggoncangkan
penjara (Kis. 16:25-26).
· Paulus
menjelaskan mengenai karunia bahasa Roh dan memuji dengan roh dan dan akal budi
(1 Kor. 14:15,26).
· Orang
Kristen mula-mula memakai Mazmur dari Perjanjian Lama untuk memuji Tuhan (Kol.
3:16; Ef. 5:19).
· Kristus
menyanyikan pujian kepada Allah di tengah jemaat gereja-Nya (Ibr. 2:12).
· Kita
dianjurkan untuk menyanyi dengan iringan musik jika kita sedang bersukacita
(Yak 5:13).
· Suatu
nyanyian baru sedang dinyanyikan di surga (Why. 5:8-10).
· Lagu
baru disebutkan lagi (Why. 4:1-5).
· Nyanyian
kemenangan (Why. 6:2-3).
·
Kutukan
terakhir bagi Babilon adalah kenyataan bahwa tidak ada lagi musik yang
terdengar luar biasa di dalam kota kutukan (Why. 18:22).
C.
PENTINGNYA MUSIK
DALAM GEREJA
Dua poin penting dalam ibadah kristiani,
di samping pemberitaan Firman, adalah pujian dan penyembahan (Mzm 66:17 dan Ef
5:19). Musik merupakan perintah, tradisi dan nilai hakiki dalam gereja. Mengacu
pada sejarah Alkitab, pada mulanya Allah memiliki tiga penghulu malaikat, yaitu
Gabriel yang berperan sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan pesan atau
rencana Allah bagi manusia, Michael berperan sebagai panglima tertinggi pasukan
malaikat dan Lucifer berperan sebagai pemimpin semua malaikat penyembah yang
senantiasa berada di takhta kemuliaan Allah. Kedudukan Lucifer yang begitu
penting dalam kerajaan Allah membuatnya sombong sehingga Allah murka dan
membuangnya ke bumi bersama sepertiga malaikat surgawi yang mengikutinya.
Lucifer atau iblis disebut pula sebagai Bintang
Timur Putra Fajar (Yes. 14: 12), Roh Jahat, Pendusta dan Bapa segala dusta
(Yoh. 8: 44), seperti singa yang mengaum-aum (1 Pet. 5: 8), Penguasa Kerajaan
Angkasa (Ef. 2: 2) dan penguasa dunia (Yoh 14: 30). Nabi Yehezkiel (Yeh. 28:
12-19) menubuatkan tentang kejatuhan raja Tirus yang juga menceritakan tentang
kejatuhan Lucifer.
Sebagai mantan
malaikat pemuji yang sangat ahli dalam bermusik, Lucifer sangat memahami seluk
beluk dunia musik dan pengaruhnya terhadap kehidupan, termasuk peranan musik
dalam pujian dan penyembahan. Lucifer paham sekali bahwa musik memengaruhi
tubuh, jiwa, dan roh. Akhirnya ia memanfaatkan musik untuk mengajak manusia
menyembah kepadanya melalui keahliannya dalam menipu.
2 Kor. 11: 14
“Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang”
Harus diakui, akhir-akhir ini banyak
penyanyi lagu rohani yang tidak jelas visi dan misinya. Saat mendengarkan syair
yang dinyanyikan tampaknya mereka memuliakan Tuhan. Namun apakah memuliakan
Tuhan atau mencari popularitas? Semua itu hanya dapat dilihat dari buah-buah
rohani yang dihasilkan melalui kehidupan penyanyi tersebut. Apakah kehidupannya
sesuai lagu yang ia nyanyikan atau hanya menebarkan kemunafikan. Jika perilaku
dan perbuatannya tidak sesuai lirik rohani yang dinyanyikan, akibatnya bisa
menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ir. Aris Sudibyo B.C.M mengatakan bahwa
musik rohani adalah musik gerejawi. Namun musik gereja adalah musik yang
dipakai saat beribadah. Dua manfaat dari musik rohani adalah relasi vertikal
dan relasi horisontal.
Saat menyembah Tuhan hal utama yang
harus dimiliki setiap individu adalah cinta. Banyak cara untuk
mengekspresikannya, mulai dari mengangangkat tangan, bertepuk tangan, melompat,
menari-nari, bahkan dengan ekspresi minimalis yang terkesan kaku. Ekspresi
cinta tidak bisa dipaksakan karena munculnya dari hati. Oleh karena itu, gereja
harus arif dan bijaksana dalam menanggapi musik gereja kontemporer. Ada
batasan-batasan tertentu yang harus dipakai ketika menentukan bentuk musik
dalam ibadah gereja.
1.
Kehidupan Pelayan
Musik
Kekudusan,
penaklukan diri, kepekaan dan keahlian adalah empat hal penting dalam pelayanan
rohani. Bila keempat prinsip itu tidak bertumbuh dan bekerja dalam kehidupan
kita sehari-hari, maka pelayanan kita tidak akan berarti sama sekali.
a.
Tuntutan dari Allah
·
Para
pemain musik dipilih dan ditetapkan (1 Taw. 15:16, 17, 19; 16:41; 25:1; 2 Taw.
20:21; 29:25; Neh 7:1).
·
Para
pemain musik juga mengenakan baju efod dari kain lenan putih (1 Taw. 15:27; 2
Taw. 5:12; 29:15; Neh. 12:30).
·
Para
pemain musik dituntut untuk setia pada sumpah kesucian (Neh. 10:28-39)
b.
Tuntutan Pribadi
·
Mereka
harus diajar/dapat diajar (1 Taw. 15:22; 25:6-8; Mzm. 33:3; Ef. 4:11-16; 1 Yoh.
2:27).
·
Mereka
harus setia (1 Taw. 6:32; 16;37; 2 Taw. 7:6; 8:14; 30:16; Neh. 12:45).
·
Mereka
selalu dalam kesatuan (2 Taw. 5:13; Mzm. 133:3; 1 Tes. 3:12).
c.
Organisasi dalam Tim Musik
·
Pemimpin
para pemusik ditetapkan/ditunjuk (1 Taw. 15:16, 22, 27; 16:5; 25:1-7; 2 Taw.
5:12; Neh. 12:42).
·
Para
pemain musik membantu tugas-tugas praktis di dalam rumah Allah (1 Taw. 9:26-33;
25:8-31; 26:29; Neh. 1:22; 1 Taw. 23:24; Mat. 20:26-28; 23:10-12; Mrk.
10:43-45; 1 Kor. 9:19).
·
Harus
ada nyanyian puji-pujian kepada Tuhan yang terus-menerus (1 Taw. 6:32; 9:33;
16:6, 11, 37, 40; Mzm. 34:2; 113:3; 115:18; 145:1-3).
·
Para
penyanyi dan pemain musik dari suku Lewi mulai melayani pada usia 25 tahun
(Bil. 8:24).
·
Ada
penyanyi dan pemain musik baik pria maupun wanita (2 Sam. 19:35; Ezr. 2:65;
Neh. 12:43).
d.
Kehidupan Pelayan di Bidang Musik
·
Mereka
memiliki tempat tinggal dan kota mereka sendiri (Bil. 18:20-21; 35:1-8; Ul.
10:9; 1 Taw. 9:26-27; 9:34; Ezr. 2:7; Neh. 12:29; Yeh. 40:44-45).
·
Mereka
menerima anggur dan minyak baru (Neh. 13:5).
·
Mereka
didukung oleh suku-suku lainnya (1 Taw. 9:33; Ezr. 7:24; Neh. 11:23; Im.
27:30-33).
·
Mereka
tidak membayar wajib pajak, bea atau upeti (Ezr. 7:24)
·
Mereka
merupakan harta yang berharga di dalam istana raja (Mzm. 137:3-4; Pkh. 2:8-9;
Luk. 15:25).
·
Semua
peralatan musik dibuat dari kayu khusus (1 Raj. 10:12; 2 Taw. 9:11).
e.
Pemain Musik dalam Gereja
·
Maksud
dari pemakaian alat-alat musik adalah untuk melayani Allah di hadirat-Nya,
memuji Allah, mengiringi penyanyi dalam sukacita dan puji-pujian, memanggil dan
memimpin jemaat dalam beribadah, mempersiapkan jemaat untuk bernubuat,
menyampaikan nubuatan, memimpin dan dimainkan dalam peperangan, mengantar dan mengumumkan
kehadiran Allah, dan mengajar segala bangsa memuji Allah.
·
Menetapkan
seorang pemusik yang diantaranya adalah para penyanyi dan paduan suara, para
pemain musik, para pemimpin puji-pujian, dan orang yang berpengetahuan luas di
bidang musik. Orang-orang tersebut harus memiliki dasar pengetahuan Firman
Tuhan dengan baik, kualitas kepemimpinan, kemampuan berorganisasi, pemahaman
yang terus mau berkembang di bidang musik, kesadaran untuk selalu mendoakan
para pemain musik yang dipimpin, dan kemampuan untuk mengumpulkan jemaat serta
mengasihi mereka.
·
Memilih
dan menetapkan pemain musik adalah dengan cara berdoa bagi para pemain musik
dan penyanyi yang diperlukan, meminta kepada jemaat supaya berdoa bagi
alat-alat musik yang sudah harus diganti atau talenta yang tersembunyi,
menganjurkan kepada pemain musik yang baru supaya terus belajar, memberikan
motivasi kepada para pemain musik, kuatkan iman pemain musik, dan menguduskan
serta menyimpan dengan baik setiap alat musik yang dipakai.
·
Latihan
bersama secara teratur.
·
Mengembangkan
gaya hidup berorganisasi yang baik.
·
Menjaga
kualitas dan melengkapi instrument musik yang dimiliki.
·
Dalam
pelayanan harus datang lebih awal untuk mengecek kelengkapan serta kesiapan
pemain serta alat musik.
D.
NYANYIAN DALAM
GEREJA
Tujuan utama dari manusia adalah untuk
memuliakan Allah, karena manusia diciptakan untuk memuji Tuhan (Yes. 43: 21).
Kemuliaan Allah adalah dasar filsafat pelayanan musik dan nyanyian. Artinya,
musik maupun nyanyian tidak boleh diturunkan nilainya menjadi alat manipulasi
demi mencapai tujuan-tujuan tertentu, terutama dalam mengontrol emosi manusia.
Filsafat pengembangan musik dan nyanyian gereja memiliki tujuan yang harus
sejalan dengan dasar teologis nyanyian yang bermakna:
1.
Penyembahan à memberikan
kepada Allah kemuliaan, puji-pujian, hormat dan pengucapan syukur. Baik
mengenai “siapa Dia” dan “apa yang telah dilakukan-Nya”.
2.
Penginjilan à suatu aspek
pelayanan yang menaruh perhatian terhadap pribadi-pribadi tertentu, yang pada
akhirnya bertujuan untuk menjangkau jiwa baru kepada suatu pengenalan akan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka.
3.
Pemuridan à pengertian atas
berita nyanyian yang dinyanyikan akan membawa pribadi-pribadi dari kesadaran
mereka akan pengetahuan yang menyelamatkan kepada suatu keadaan kedewasaan
rohani, termasuk mempersiapkan dan melatih musisi-musisi atau pelayan musik
yang baru seperti dirigen, pengiring, maupun para penyanyi-penyanyi.
Ketiga unsur di atas harus saling
melengkapi. Melalaikan salah satunya merupakan kegagalan. Sebaliknya,
menggabungkan ketiganya dan menggunakannya secara seimbang, itulah makna yang
terkandung dalam tujuan musik di gereja. Sangat diharapkan, kiranya setiap
pribadi yang terlibat dalam pelayanan di gereja memahaminya sebagai suatu
kesatuan yang tidak dapat diabaikan.
Fungsi nyanyian dalam ibadah dapat
dilihat sebagai berikut:
1.
Sebagai
jawaban, ucapan syukur atau puji-pujian atas karya penyelamatan Allah di dalam
dan melalui Yesus Kristus – di sini jelas terkandung unsur aklamasi
(pengakuan).
2.
Sebagai
pemberitaan tentang karya Allah – di sini jelas terkandung unsur kesaksian
(proklamasi).
3.
Sebagai
partisipasi jemaat dalam ibadah, artinya melalui liturgy yang sudah diatur
sedemikian rupa, seperti menggunakan atau membawakan nyanyian dengan bentuk :
antiphonal, responsorial, alternative, dst, akan mempersatukan jemaat dalam
merespon setiap bagian ibadah, baik berupa panggilan beribadah, pengakuan dosa,
persembahan, pengutusan, dan berkat.
4.
Menciptakan
suasana peribadatan yang membawa jemaat masuk ke dalam penyembahan dan
penyerahan diri, baik secara bersama-sama maupun secara pribadi.
5.
Sebagai
kesaksian jemaat yang sedianya diperdengarkan bukan hanya dalam ibadah gereja
saja, tetapi dalam setiap kesempatan dan tempat, maupun dalam keseharian jemaat
selaku umat Tuhan.
Mengapa
kita bernyanyi?
Beberapa alasan mengapa jemaat menyanyi dalam liturgi ibadah:
1.
Pada waktu menyanyi, kita menghormati Allah (Mzm.
147: 1).
Seberapa besar pun seseorang dapat memanfaatkan musik dan nyanyian sebagai
suatu kenikmatan pribadinya, hal yang penting adalah pengetahuan dan pengertian
bahwa ketika mengangkat suaranya dalam puji-pujian, ia telah menghormati dan
memuliakan Tuhan. “Siapa yang
mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku” (Mzm. 50: 23a)
2.
Pada waktu menyanyi, kita diajar. Melalui
kegiatan menyanyi kita dapat diajar dan dimotivasi dalam banyak hal. Para ahli
atau pakar kesehatan menjadikan musik sebagai salah satu terapi yang mengobati
pasiennya.
3.
Pada waktu menyanyi, kita dihibur (1 Sam. 16: 32). Banyak orang
percaya seperti raja Saul yang mengalami kuasa nyanyian rohani yang sanggup
menghibur dan menyembuhkan. Seseorang bisa saja datang beribadah dalam keadaan sakit
hati, kecewa, ketakutan, cemas, patah semangat, depresi karena berbagai
persoalan; tapi ketika mereka mendengar puji-pujian dalam ibadah, beban yang
dirasakannya seperti terangkat, sehingga ketika meninggalkan ibadah mereka
masih dapat merasakan kuasa nyanyian dan mampu menghilangkan dukacita mereka.
4.
Pada waktu menyanyi, kita dipersiapkan. Nyanyian dapat
menjadi sesuatu yang mempersiapkan kita di surga. Dalam masa kekekalan kita
akan menikmati nyanyian dan puji-pujian (Why. 4: 11).
5.
Pada waktu menyanyi, kita diajak untuk bertanggung
jawab.
Musik maupun nyanyian memiliki potensi untuk melakukan hal-hal yang jahat. Betapa
seringnya musik digunakan oleh kuasa kegelapan untuk membangkitkan kejahatan
dan perbuatan najis, termasuk dalam hal teknologi dan pendidikan. Lewat
nyanyian dan aktifitas menyanyi kita harus bertanggung jawab dalam memilah dan
menentukan musik maupun nyanyian yang layak bagi Allah.
Ciri khas seorang jemaat Kristen dapat
digambarkan dengan:
1.
Mengucap
syukur serta memuji Tuhan selalu menjadi image-nya.
2.
Mendedikasikan
hidupnya hanya untuk Tuhan, bukan untuk dirinya sendiri.
3.
Mewajarkan
kehidupan yang sesuai dengan perintah Tuhan sebagai wujud kerinduan akan
kemuliaan Tuhan.
Yang menjadi catatan penting antara
musik dan nyanyian adalah “yang
diprioritaskan dalam ibadah sebenarnya adalah musik vokal”. Partisipasi
jemaat secara langsung melalui pujian merupakan salah satu “pelayanan bersama”
yang gereja lakukan dalam persekutuan. Tanpa musik iringan musik, nyanyian
dapat tetap berjalan dengan lancar. Namun, tanpa nyanyian atau musik vokal,
akan jadi seperti apakah ibadah tersebut? Bukan berarti musik menjadi tidak
penting lagi. Sama halnya dengan besarnya kasih
dari antara iman dan pengetahuan (I Kor. 13: 13), antara
musik dan nyanyian, nyanyianlah yang lebih diutamakan.
Dengan mengetahui betapa pentingnya
nyanyian dalam jemaat, kiranya kita bisa mendorong diri kita masing-masing
untuk menyadari bahwa semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin besar tanggung
jawab kita sebagai orang Kristen. Semakin baik talenta kita dalam bernyanyi,
semakin harus kita mengusahakan diri kita untuk dilayakkan Allah dalam memuji-Nya.
Kita bernyanyi
bukan untuk sekedar memuaskan hati kita, tapi kita bernyanyi untuk menyenangkan
hati Tuhan kita.
Kita bernyanyi
bukan untuk menunjukkan kehebatan kita, tapi kita bernyanyi untuk menunjukkan
betapa hebatnya Tuhan kita.
“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN,
Haleluya”
Mzm. 150: 6
Sumber Musik Gereja:
-
Handol ML, John., Nyanyian Lucifer, Yogyakarta: ANDI, 2002
-
Hibbert Viv & Mike., Pelayanan Musik, Yogyakarta: ANDI, 1990
- Saragih, Winnardo., Misi Musik, Yogyakarta: ANDI, 2008
[1]
John Handol ML, Nyanyian Lucifer,
Yogyakarta: ANDI, 2002, hal. 98.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar