Kamis, Juli 03, 2014

Musik Gereja


MATERI PEMBINAAN MUSIK GEREJA PKPG JEMAAT GALILEA BARUGA
25 Juni 2014
Pardamean Simatupang
Mahasiswa STT INTIM Makasar


A.    PENDAHULUAN
Dewasa kini seringkali, tanpa sadar, kita menjadi pendengar musik yang begitu antusias. Bahkan mungkin kita merasa adanya situasi yang hampa ketika saat itu kita tidak mendengarkan musik. Setidaknya keberadaan musik pada masa kini sudah menjadi kebutuhan yang sekunder. Musik menjadi kebutuhan sekunder berarti bahwa musik tidaklah menjadi prioritas yang utama dalam kehidupan, namun musik juga memiliki peran yang penting dalam beberapa hal dan cenderung bersifat pelengkap dalam berbagai kebutuhan.
Di balik kebutuhan akan musik tersebut, tidak sedikit hasil buruk yang dilandasi dari musik tersebut. Misalnya yang ditulis oleh John Handol ML di dalam bukunya, “Nyanyian Lucifer”,
“Selama bertahun-tahun banyak kategori musik rock telah berkembang. Dua jenis, heavy metal dan rap, baru-baru ini dikritik karena berisi ketidaksenonohan yang mengejutkan. … … … Sebuah Jurnal Medis Texas menyatakan bahwa banyak dari pernyataan dalam heavy metal mengagungkan sikap-sikap di luar batas kelaziman dalam hal seks, kekerasan, kebencian, dan klenik atau ilmu gaib.”[1] 
Berlandaskan kenyataan yang telah terjadi tersebut, dapat kita simpulkan bahwa perkembangan musik tidaklah selalu berada dalam jalur positif. Perlu disadari pula bahwa generasi muda masa kini sangatlah sensitif dalam hal musik. Seringkali generasi muda tidak mau ketinggalan dalam perkembangan musik-musik yang sedang terkenal.
Tanpa memilah-milah dengan pertimbangan yang baik dan benar. Semua musik, baik genre-nya (aliran/jenis musik), artisnya, dan lain-lainya, pada dasarnya memiliki pesan yang hendak disampaikan melalui musik tersebut. Hal inilah yang jarang menjadi sorotan bagi para pendengar musik, khususnya generasi muda. Justru kecenderungan pendengar musik masa kini hanya berfokus pada alunan melodinya, indah atau tidak, sulit untuk dimainkan/dinyanyikan atau tidak, dan segala fokus yang sebenarnya menjadi pertimbangan yang seharusnya ditempatkan di nomor sekian setelah makna musik tersebut.
Karena kebutuhan akan musik yang semakin meningkat, tentunya perlu antisipasi bagi gereja untuk memberikan pendidikan yang lebih mendalam mengenai musik gereja. Selain mengajarkan musik secara mendasar (teoritis), gereja juga perlu meningkatkan talenta setiap anggotanya yang berpotensi pada bagian musik untuk memaksimalkan kemampuannya tersebut di dalam pelayanannya (praksis). Agar tidak terjadi penyimpangan di dalam proses tersebut, tentunya memerlukan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai tema tersebut.

B.     DASAR MUSIK DALAM ALKITAB
Kata “musik” berasal dari bahasa Yunani àMusikous yang diambil dari salah satu nama kesembilan dewa Yunani yang melambangkan keindahan, menguasai bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Kini, musikous diartikan sebagai seni keindahan suara atau seni musik àArt of Music. Dalam penciptaan alam semesta oleh Allah, setiap bagian ciptaannya memiliki unsur musik, hanya saat kejatuhan manusia ke dalam dosa, mata serta telinga manusia tertutup untuk melihat dan mendengar unsur musik tersebut. Kejatuhan Lucifer dari Kerajaan Allah adalah alasan manusia diciptakan, yaitu menggantikan posisi Lucifer untuk memuji nama Tuhan.
1.      Uraian Singkat Perjanjian Lama tentang Musik
- Yubal disebut sebagai bapa semua orang yang memainkan kecapi dan seruling (Kej. 4:21).
- Pentingnya musik dalam kehidupan sosial orang Ibrani (Kej. 31:27). Beberapa fungsi musik dalam kehidupan mereka antara lain pembuat sukacita, nyanyian pekerjaan, untuk mengabarkan berita, kegembiraan nasional, kemenangan dalam peperangan, anak gembala, pemuda di pintu gerbang, selama pesta, nyanyian wanita lajang, dan perkabungan ratapan. Ciri-ciri dari musik orang Ibrani adalah menggunakan nada pentatonik, menggunakan interval nada mikro, pembacaan Kitab Suci dengan menggunakan lagu, kebanyakan lagu-lagu dari Alkitab dinyanyikan dengan improvisasi, sedikit sekali penggunaan akor, syair lagu lebih penting daripada musiknya, lagu-lagu gerejawi serta lagu-lagu rakyatnya memiliki beberapa kesamaan.
- Nyanyian pujaan untuk Tuhan pertama kali dinyanyikan oleh Musa (Kel. 15:1-21).
- Musa diperintahkan untuk membuat dua buah terompet perak (Bil. 10). Angka dua dalam Alkitab berbicara tentang aspek keselamatan dan kematian. Perak melambangkan penebusan dan pemurnian melalui penderitaan. Fungsi pelayanan musik yang alkitabiah adalah memanggil orang untuk berkumpul dan menyuruh laskar-laskarnya berangkat.
- Ada sebuah sekolah untuk para nabi yang mempelajari mazmur, musik, sejarah dan sebagainya yang didirikan di Israel pada zaman Nabi Samuel (1 Sam. 10:5).
- Daud mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan dalam roh dan menyediakan waktu untuk berkumpul dengan Samuel di sekolah untuk para nabi (1 Sam. 16:16-23; 19:18-24).
- Daud mengembalikan tabut Allah ke Israel dan menempatkannya di tempat penyembahan (1 Taw. 13:8). 
- Daud melakukan cara pendekatan yang keliru terhadap hadirat Allah (2 Sam. 6:5; 1 Taw. 13:8).
- Daud mendirikan tabernakel (1 Taw. 15; 2 Sam. 6).
- Daud memerintah para pemain musik untuk melayani secara terus-menerus di depan tabut (1 Taw 16).
- Salomo membangun Bait Allah sesuai dengan petunjuk Daud, ayahnya (1 Taw. 3-5).
- Raja Yosafat mengirim pemusik dan penyanyi di depan tentaranya untuk mengalahkan musuh (2 Taw. 20).
- Di bawah pemerintahan Hizkia, kaum Lewi, penyanyi, pemusik direstorasi dan kembali ke Bait Allah sesuai dengan perintah Daud, dengan alat musik milik Daud, dan menurut kata-kata Daud (2 Taw. 29-30).
- Yosia, raja Yudea menyucikan Bait Allah kembali setelah pemerintahan Raja Amon yang jahat, dan menempatkan penyanyi dari para putra Asaf, Heman, dan Yedutun ke tempat mereka masing-masing (2 Taw. 35:1-19).
- Dua ratus penyanyi pria dan wanita ikut kembali, dan mereka di tetapkan untuk memuji Tuhan di bawah pimpinan Ezra, pada saat dipanggil keluarnya bangsa Israel dari Babilon (Ezr. 3:10-13).
- Pada waktu tembok Yerusalem ditahbiskan, para pemusik dan penyanyi ditempatkan bersama-sama dengan alat-alat musik milik Daud (Neh. 12:22-47).
- Pembangunan kembali tata tertib penyembahan dan cara memasuki kemah berisi tabut perjanjian (Am. 9:11-13).

2.      Ringkasan Referensi Perjanjian Baru tentang Musik
Bangsa Yahudi membiarkan penyembahan mereka berkembang sedemikian rupa sehingga menjadi sangat formal. Inilah masa-masa kemurtadan dan ketidakpercayaan, sehingga penyanyi dan alat-alat musik tidak digunakan sebagai sarana penyembahan. Hanya firman yang dilagukan oleh pendeta dan lagu-lagu yang didendangkan oleh pemimpin biduan (penyanyi profesional) saya yang terdengar di dalam gereja.
· Yesus pergi menggunakan waktu-waktu terbaik-Nya untuk memperkuat diri-Nya sendiri dengan nyanyian (Mat. 26:30; Mrk. 14:26).
·     Ada musik dan tarian saat anak yang hilang kembali (Luk. 15:25).
·   Puji-pujian Paulus dan Silas kepada Allah menyebabkan gempa bumi besar yang menggoncangkan penjara (Kis. 16:25-26).
·      Paulus menjelaskan mengenai karunia bahasa Roh dan memuji dengan roh dan dan akal budi (1 Kor. 14:15,26).
·  Orang Kristen mula-mula memakai Mazmur dari Perjanjian Lama untuk memuji Tuhan (Kol. 3:16; Ef. 5:19).
·        Kristus menyanyikan pujian kepada Allah di tengah jemaat gereja-Nya (Ibr. 2:12).
·        Kita dianjurkan untuk menyanyi dengan iringan musik jika kita sedang bersukacita (Yak 5:13).
·        Suatu nyanyian baru sedang dinyanyikan di surga (Why. 5:8-10).
·        Lagu baru disebutkan lagi (Why. 4:1-5).
·       Nyanyian kemenangan (Why. 6:2-3).
·       Kutukan terakhir bagi Babilon adalah kenyataan bahwa tidak ada lagi musik yang terdengar luar biasa di dalam kota kutukan (Why. 18:22).

C.    PENTINGNYA MUSIK DALAM GEREJA
Dua poin penting dalam ibadah kristiani, di samping pemberitaan Firman, adalah pujian dan penyembahan (Mzm 66:17 dan Ef 5:19). Musik merupakan perintah, tradisi dan nilai hakiki dalam gereja. Mengacu pada sejarah Alkitab, pada mulanya Allah memiliki tiga penghulu malaikat, yaitu Gabriel yang berperan sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan pesan atau rencana Allah bagi manusia, Michael berperan sebagai panglima tertinggi pasukan malaikat dan Lucifer berperan sebagai pemimpin semua malaikat penyembah yang senantiasa berada di takhta kemuliaan Allah. Kedudukan Lucifer yang begitu penting dalam kerajaan Allah membuatnya sombong sehingga Allah murka dan membuangnya ke bumi bersama sepertiga malaikat surgawi yang mengikutinya. Lucifer atau iblis disebut pula sebagai Bintang Timur Putra Fajar (Yes. 14: 12), Roh Jahat, Pendusta dan Bapa segala dusta (Yoh. 8: 44), seperti singa yang mengaum-aum (1 Pet. 5: 8), Penguasa Kerajaan Angkasa (Ef. 2: 2) dan penguasa dunia (Yoh 14: 30). Nabi Yehezkiel (Yeh. 28: 12-19) menubuatkan tentang kejatuhan raja Tirus yang juga menceritakan tentang kejatuhan Lucifer.


Sebagai mantan malaikat pemuji yang sangat ahli dalam bermusik, Lucifer sangat memahami seluk beluk dunia musik dan pengaruhnya terhadap kehidupan, termasuk peranan musik dalam pujian dan penyembahan. Lucifer paham sekali bahwa musik memengaruhi tubuh, jiwa, dan roh. Akhirnya ia memanfaatkan musik untuk mengajak manusia menyembah kepadanya melalui keahliannya dalam menipu.


2 Kor. 11: 14
Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang

Harus diakui, akhir-akhir ini banyak penyanyi lagu rohani yang tidak jelas visi dan misinya. Saat mendengarkan syair yang dinyanyikan tampaknya mereka memuliakan Tuhan. Namun apakah memuliakan Tuhan atau mencari popularitas? Semua itu hanya dapat dilihat dari buah-buah rohani yang dihasilkan melalui kehidupan penyanyi tersebut. Apakah kehidupannya sesuai lagu yang ia nyanyikan atau hanya menebarkan kemunafikan. Jika perilaku dan perbuatannya tidak sesuai lirik rohani yang dinyanyikan, akibatnya bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Ir. Aris Sudibyo B.C.M mengatakan bahwa musik rohani adalah musik gerejawi. Namun musik gereja adalah musik yang dipakai saat beribadah. Dua manfaat dari musik rohani adalah relasi vertikal dan relasi horisontal.
Saat menyembah Tuhan hal utama yang harus dimiliki setiap individu adalah cinta. Banyak cara untuk mengekspresikannya, mulai dari mengangangkat tangan, bertepuk tangan, melompat, menari-nari, bahkan dengan ekspresi minimalis yang terkesan kaku. Ekspresi cinta tidak bisa dipaksakan karena munculnya dari hati. Oleh karena itu, gereja harus arif dan bijaksana dalam menanggapi musik gereja kontemporer. Ada batasan-batasan tertentu yang harus dipakai ketika menentukan bentuk musik dalam ibadah gereja.

1.      Kehidupan Pelayan Musik
Kekudusan, penaklukan diri, kepekaan dan keahlian adalah empat hal penting dalam pelayanan rohani. Bila keempat prinsip itu tidak bertumbuh dan bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari, maka pelayanan kita tidak akan berarti sama sekali.
a.       Tuntutan dari Allah
·         Para pemain musik dipilih dan ditetapkan (1 Taw. 15:16, 17, 19; 16:41; 25:1; 2 Taw. 20:21; 29:25; Neh 7:1).
·         Para pemain musik juga mengenakan baju efod dari kain lenan putih (1 Taw. 15:27; 2 Taw. 5:12; 29:15; Neh. 12:30).
·         Para pemain musik dituntut untuk setia pada sumpah kesucian (Neh. 10:28-39)
b.      Tuntutan Pribadi
·         Mereka harus diajar/dapat diajar (1 Taw. 15:22; 25:6-8; Mzm. 33:3; Ef. 4:11-16; 1 Yoh. 2:27).
·         Mereka harus setia (1 Taw. 6:32; 16;37; 2 Taw. 7:6; 8:14; 30:16; Neh. 12:45).
·         Mereka selalu dalam kesatuan (2 Taw. 5:13; Mzm. 133:3; 1 Tes. 3:12).
c.       Organisasi dalam Tim Musik
·         Pemimpin para pemusik ditetapkan/ditunjuk (1 Taw. 15:16, 22, 27; 16:5; 25:1-7; 2 Taw. 5:12; Neh. 12:42).
·         Para pemain musik membantu tugas-tugas praktis di dalam rumah Allah (1 Taw. 9:26-33; 25:8-31; 26:29; Neh. 1:22; 1 Taw. 23:24; Mat. 20:26-28; 23:10-12; Mrk. 10:43-45; 1 Kor. 9:19).
·         Harus ada nyanyian puji-pujian kepada Tuhan yang terus-menerus (1 Taw. 6:32; 9:33; 16:6, 11, 37, 40; Mzm. 34:2; 113:3; 115:18; 145:1-3).
·         Para penyanyi dan pemain musik dari suku Lewi mulai melayani pada usia 25 tahun (Bil. 8:24).
·         Ada penyanyi dan pemain musik baik pria maupun wanita (2 Sam. 19:35; Ezr. 2:65; Neh. 12:43).
d.      Kehidupan Pelayan di Bidang Musik
·         Mereka memiliki tempat tinggal dan kota mereka sendiri (Bil. 18:20-21; 35:1-8; Ul. 10:9; 1 Taw. 9:26-27; 9:34; Ezr. 2:7; Neh. 12:29; Yeh. 40:44-45).
·         Mereka menerima anggur dan minyak baru (Neh. 13:5).
·         Mereka didukung oleh suku-suku lainnya (1 Taw. 9:33; Ezr. 7:24; Neh. 11:23; Im. 27:30-33).
·         Mereka tidak membayar wajib pajak, bea atau upeti (Ezr. 7:24)
·         Mereka merupakan harta yang berharga di dalam istana raja (Mzm. 137:3-4; Pkh. 2:8-9; Luk. 15:25).
·         Semua peralatan musik dibuat dari kayu khusus (1 Raj. 10:12; 2 Taw. 9:11).
e.       Pemain Musik dalam Gereja
·         Maksud dari pemakaian alat-alat musik adalah untuk melayani Allah di hadirat-Nya, memuji Allah, mengiringi penyanyi dalam sukacita dan puji-pujian, memanggil dan memimpin jemaat dalam beribadah, mempersiapkan jemaat untuk bernubuat, menyampaikan nubuatan, memimpin dan dimainkan dalam peperangan, mengantar dan mengumumkan kehadiran Allah, dan mengajar segala bangsa memuji Allah.
·         Menetapkan seorang pemusik yang diantaranya adalah para penyanyi dan paduan suara, para pemain musik, para pemimpin puji-pujian, dan orang yang berpengetahuan luas di bidang musik. Orang-orang tersebut harus memiliki dasar pengetahuan Firman Tuhan dengan baik, kualitas kepemimpinan, kemampuan berorganisasi, pemahaman yang terus mau berkembang di bidang musik, kesadaran untuk selalu mendoakan para pemain musik yang dipimpin, dan kemampuan untuk mengumpulkan jemaat serta mengasihi mereka.
·         Memilih dan menetapkan pemain musik adalah dengan cara berdoa bagi para pemain musik dan penyanyi yang diperlukan, meminta kepada jemaat supaya berdoa bagi alat-alat musik yang sudah harus diganti atau talenta yang tersembunyi, menganjurkan kepada pemain musik yang baru supaya terus belajar, memberikan motivasi kepada para pemain musik, kuatkan iman pemain musik, dan menguduskan serta menyimpan dengan baik setiap alat musik yang dipakai.
·         Latihan bersama secara teratur.
·         Mengembangkan gaya hidup berorganisasi yang baik.
·         Menjaga kualitas dan melengkapi instrument musik yang dimiliki.
·         Dalam pelayanan harus datang lebih awal untuk mengecek kelengkapan serta kesiapan pemain serta alat musik.

D.    NYANYIAN DALAM GEREJA
Tujuan utama dari manusia adalah untuk memuliakan Allah, karena manusia diciptakan untuk memuji Tuhan (Yes. 43: 21). Kemuliaan Allah adalah dasar filsafat pelayanan musik dan nyanyian. Artinya, musik maupun nyanyian tidak boleh diturunkan nilainya menjadi alat manipulasi demi mencapai tujuan-tujuan tertentu, terutama dalam mengontrol emosi manusia. Filsafat pengembangan musik dan nyanyian gereja memiliki tujuan yang harus sejalan dengan dasar teologis nyanyian yang bermakna:
1.      Penyembahan à memberikan kepada Allah kemuliaan, puji-pujian, hormat dan pengucapan syukur. Baik mengenai “siapa Dia” dan “apa yang telah dilakukan-Nya”.
2.      Penginjilan à suatu aspek pelayanan yang menaruh perhatian terhadap pribadi-pribadi tertentu, yang pada akhirnya bertujuan untuk menjangkau jiwa baru kepada suatu pengenalan akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka.
3.      Pemuridan à pengertian atas berita nyanyian yang dinyanyikan akan membawa pribadi-pribadi dari kesadaran mereka akan pengetahuan yang menyelamatkan kepada suatu keadaan kedewasaan rohani, termasuk mempersiapkan dan melatih musisi-musisi atau pelayan musik yang baru seperti dirigen, pengiring, maupun para penyanyi-penyanyi.
Ketiga unsur di atas harus saling melengkapi. Melalaikan salah satunya merupakan kegagalan. Sebaliknya, menggabungkan ketiganya dan menggunakannya secara seimbang, itulah makna yang terkandung dalam tujuan musik di gereja. Sangat diharapkan, kiranya setiap pribadi yang terlibat dalam pelayanan di gereja memahaminya sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat diabaikan.
Fungsi nyanyian dalam ibadah dapat dilihat sebagai berikut:
1.      Sebagai jawaban, ucapan syukur atau puji-pujian atas karya penyelamatan Allah di dalam dan melalui Yesus Kristus – di sini jelas terkandung unsur aklamasi (pengakuan).
2.      Sebagai pemberitaan tentang karya Allah – di sini jelas terkandung unsur kesaksian (proklamasi).
3.      Sebagai partisipasi jemaat dalam ibadah, artinya melalui liturgy yang sudah diatur sedemikian rupa, seperti menggunakan atau membawakan nyanyian dengan bentuk : antiphonal, responsorial, alternative, dst, akan mempersatukan jemaat dalam merespon setiap bagian ibadah, baik berupa panggilan beribadah, pengakuan dosa, persembahan, pengutusan, dan berkat.
4.      Menciptakan suasana peribadatan yang membawa jemaat masuk ke dalam penyembahan dan penyerahan diri, baik secara bersama-sama maupun secara pribadi.
5.      Sebagai kesaksian jemaat yang sedianya diperdengarkan bukan hanya dalam ibadah gereja saja, tetapi dalam setiap kesempatan dan tempat, maupun dalam keseharian jemaat selaku umat Tuhan.
Mengapa kita bernyanyi? Beberapa alasan mengapa jemaat menyanyi dalam liturgi ibadah:
1.      Pada waktu menyanyi, kita menghormati Allah (Mzm. 147: 1). Seberapa besar pun seseorang dapat memanfaatkan musik dan nyanyian sebagai suatu kenikmatan pribadinya, hal yang penting adalah pengetahuan dan pengertian bahwa ketika mengangkat suaranya dalam puji-pujian, ia telah menghormati dan memuliakan Tuhan. “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku” (Mzm. 50: 23a)
2.      Pada waktu menyanyi, kita diajar. Melalui kegiatan menyanyi kita dapat diajar dan dimotivasi dalam banyak hal. Para ahli atau pakar kesehatan menjadikan musik sebagai salah satu terapi yang mengobati pasiennya.
3.      Pada waktu menyanyi, kita dihibur (1 Sam. 16: 32). Banyak orang percaya seperti raja Saul yang mengalami kuasa nyanyian rohani yang sanggup menghibur dan menyembuhkan. Seseorang bisa saja datang beribadah dalam keadaan sakit hati, kecewa, ketakutan, cemas, patah semangat, depresi karena berbagai persoalan; tapi ketika mereka mendengar puji-pujian dalam ibadah, beban yang dirasakannya seperti terangkat, sehingga ketika meninggalkan ibadah mereka masih dapat merasakan kuasa nyanyian dan mampu menghilangkan dukacita mereka.
4.      Pada waktu menyanyi, kita dipersiapkan. Nyanyian dapat menjadi sesuatu yang mempersiapkan kita di surga. Dalam masa kekekalan kita akan menikmati nyanyian dan puji-pujian (Why. 4: 11).
5.      Pada waktu menyanyi, kita diajak untuk bertanggung jawab. Musik maupun nyanyian memiliki potensi untuk melakukan hal-hal yang jahat. Betapa seringnya musik digunakan oleh kuasa kegelapan untuk membangkitkan kejahatan dan perbuatan najis, termasuk dalam hal teknologi dan pendidikan. Lewat nyanyian dan aktifitas menyanyi kita harus bertanggung jawab dalam memilah dan menentukan musik maupun nyanyian yang layak bagi Allah.
Ciri khas seorang jemaat Kristen dapat digambarkan dengan:
1.      Mengucap syukur serta memuji Tuhan selalu menjadi image-nya.
2.      Mendedikasikan hidupnya hanya untuk Tuhan, bukan untuk dirinya sendiri.
3.      Mewajarkan kehidupan yang sesuai dengan perintah Tuhan sebagai wujud kerinduan akan kemuliaan Tuhan.
Yang menjadi catatan penting antara musik dan nyanyian adalah “yang diprioritaskan dalam ibadah sebenarnya adalah musik vokal”. Partisipasi jemaat secara langsung melalui pujian merupakan salah satu “pelayanan bersama” yang gereja lakukan dalam persekutuan. Tanpa musik iringan musik, nyanyian dapat tetap berjalan dengan lancar. Namun, tanpa nyanyian atau musik vokal, akan jadi seperti apakah ibadah tersebut? Bukan berarti musik menjadi tidak penting lagi. Sama halnya dengan besarnya kasih dari antara iman dan pengetahuan (I Kor. 13: 13), antara musik dan nyanyian, nyanyianlah yang lebih diutamakan.
Dengan mengetahui betapa pentingnya nyanyian dalam jemaat, kiranya kita bisa mendorong diri kita masing-masing untuk menyadari bahwa semakin dekat kita dengan Tuhan, semakin besar tanggung jawab kita sebagai orang Kristen. Semakin baik talenta kita dalam bernyanyi, semakin harus kita mengusahakan diri kita untuk dilayakkan Allah dalam memuji-Nya.
Kita bernyanyi bukan untuk sekedar memuaskan hati kita, tapi kita bernyanyi untuk menyenangkan hati Tuhan kita.
Kita bernyanyi bukan untuk menunjukkan kehebatan kita, tapi kita bernyanyi untuk menunjukkan betapa hebatnya Tuhan kita.

“Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN, Haleluya”
Mzm. 150: 6

Sumber Musik Gereja:
  1. Handol ML, John., Nyanyian Lucifer, Yogyakarta: ANDI, 2002
  2. Hibbert Viv & Mike., Pelayanan Musik, Yogyakarta: ANDI, 1990
  3. Saragih, Winnardo., Misi Musik, Yogyakarta: ANDI, 2008


[1] John Handol ML, Nyanyian Lucifer, Yogyakarta: ANDI, 2002, hal. 98.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar