Artikel ini adalah hasil lomba penulisan karya ilmiah HUT Persekutuan Mahasiswa STT INTIM tahun 2013.
Yah, itu sajalah, selamat membaca.. :)
LOMBA
PENULISAN ARTIKEL KARYA ILMIAH
Teologi
Pelayanan Musik Gereja
Disusun oleh :
Pardamean
Simatupang (Angkatan 2010)
SEKOLAH
TINGGI THEOLOGIA DI INDONESIA BAGIAN TIMUR MAKASSAR
2013
Abstrak :
Sebagai mahasiswa
yang bergelut dalam bidang teologi secara umum, jelas mahasiswa akan lebih
mudah memaknai keterlibatan Pelayanan Musik Gereja (PMG) dalam menyampaikan
teologi, khususnya dalam praksis melalui khotbah mimbar. Dalam realitas
pun, sangat minim kesempatan mahasiswa untuk tidak bersentuhan dengan dunia musik, karena pada hakikatnya PMG
sudah seolah-olah menjadi prioritas ataupun nomor dua setelah pelayanan
Firman itu sendiri. Contohnya saja dalam liturgi-liturgi, entah itu liturgi
sesederhana apapun, pasti pelayanan musik tetap mengambil bagian sebagai
sarana pendongkrak pemaksimalan ibadah.
Pelayanan musik
yang rata-rata disalah-tasirkan oleh para pelayan musik gereja merupakan
sebuah masalah yang harus ditangani secepatnya, sebab pelayanan ini
bukanlah sekedar pelayanan yang bertugas sebagai pelengkap dalam ibadah, melainkan faktor pendukung yang membuat
jemaat semakin merasakan hadirat Tuhan dalam ibadah tersebut.
Kata
Kunci :
Teologi,
Pelayanan Musik Gereja, Nyanyian, Instrumen, Unsur dan Prinsip
|
A. PENDAHULUAN
Dalam
teologi PMG, sebagian besar dari mahasiswa tentunya sudah mendapatkan beberapa
dasar yang signifikan tentang bagaimana hubungan antara teologi dengan PMG itu
sendiri dalam beberapa mata kuliah bersangkutan, misalnya saja mata kuliah
Liturgika, Nyanyian Dalam Liturgi, serta Kreatifitas Musik dan Seni dalam
Liturgi. Sedangkan untuk lebih mendetail, peran PMG dalam berteologi mungkin
akan didapatkan dalam mata kuliah Kreatifitas Musik dan Seni dalam Liturgi.
Ketertarikan
penulis yang juga menyebut diri sebagai pemusik untuk mengangkat tema “Teologi Pelayanan
Musik” dalam artikel ini bukan hanya pada kesinambungan antara teologi dan
musik semata. Penulis lebih berproyeksi pada keterlibatan pemusik dalam
menjalankan teologi tersebut. Secara obyektif, penulis berpersepsi bahwa para
pelayan musik gereja, awam (autodidak) maupun yang berpendidikan, yang tidak
dibekali teologi mendasar mengenai teologi musik, dalam pelayanannya kerap kali
menganggap bahwa pelayanan musik itu hanya merupakan wadah penyaluran bakatnya
untuk gereja. Ada pula yang menganggap bahwa pelayanannya itu hanya untuk
mengisi kekosongan waktu kegiatannya. Yang lebih parahnya, ada yang hanya menjalankan
pelayanan musik tersebut dengan tujuan menambah isi dompetnya, dalam artian
mengharapkan transportnya.
Konteks
pemahaman para pelayan musik gereja yang sedemikian rupalah yang menjadi acuan
penulis untuk menjadikan tema ini sebagai pembahasan dalam artikel ini, guna
menunjang pemahaman mahasiswa tentang berteologi dalam bermusik ataupun
bermusik dalam berteologi. Tujuan utama dari artikel ini pun adalah agar para pelayan
musik gereja yang telah terjun ke dalam dunia pelayanan dapat lebih positif
memaknai tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga gereja yang seyogianya
saling melengkapi sebagai satu kesatuan tubuh Kristus (band. 1 Kor 12:12).
B. PEMBAHASAN
1.
Hakikat Pelayanan Musik Gereja
Tugas
dan panggilan gereja, dalam hal ini melayani (marturia) tidak monoton pada
pelayanan Firman, penggembalaan, diakonia, dan lain sebagainya. Pelayanan musik
gereja juga mengambil peran penting dalam praktik-praktik kekristenan. Selain
termasuk dalam bidang pelayanan, musik gereja juga dapat menjadi sarana
pemersatu dari jemaat serta wadah kesaksian para pelayan musik gereja. Dari
hakikat pelayanan musik gereja yang singkat tersebut, mahasiswa sudah dapat
melihat betapa pentingnya pelayanan dalam bidang ini untuk menunjang tugas dan
panggilan gereja itu sendiri.
Dalam
Perjanjian Lama, khususnya kitab Mazmur yang merupakan buku nyanyian kaum Yahudi
dapat kita lihat pentingnya peranan musik dalam ibadah. Sebagai contoh dalam
Mazmur 95:2 :
“Biarlah kita menghadap wajahNya
dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagiNya dengan nyanyian mazmur.”
Dalam
Alkitab terjemahan NIV, kata-kata nyanyian mazmur itu berbunyi: “music and
song”, sehingga artinya jelas sekali bahwa tekanan untuk mendekati Allah melalu
musik itu diutamakan.[1]
Kitab Tawarikh,
Raja-raja serta Yosua pun beberapa kali menyatakan peranan musik dalam ibadah
umat Israel, misalnya pada pentahbisan Bait Allah zaman Salomo, kemuliaan turun
memenuhi Bait Allah pada saat musik dimainkan (2 Taw 5:11-14), runtuhnya tembok
Yerikho pada saat terompet dibunyikan (Yos 6:4-20), dan kisah Elisa yang
membutuhkan pemain musik untuk bermain baginya agar Roh Allah turun ke atasnya
(2 Raj 3:15). Sedangkan dalam Perjanjian Baru, umat dianjurkan untuk menyanyikan
mazmur, nyanyian rohani dan puji-pujian bagi Tuhan seperti yg terdapat dalam
Efesus 5:18-21, Kolose 3 : 16, I Korintus 14:15, dan Yakobus 5 : 13.
2.
Kesalahan Penafsiran dalam
Pelayanan Musik Gereja
Beberapa
indikasi yang merujuk pada kesalahan penafsiran PMG adalah penggunaan
nyanyian-nyanyian yang tidak kontekstual serta instrumen yang terlalu dibatasi
atau malah terlampau berlebihan. Dua indikasi tersebut merupakan kesalahan
mendasar yang sangat fatal bagi para pelayan musik gereja untuk mengalami dan
menyalurkan hadirat Tuhan melalui pelayanannya.
Terkadang
nyanyian yang digunakan sudah terlalu membosankan
bagi warga jemaat untuk terus-menerus diulang setiap minggunya, sehingga sering
jemaat sudah dapat menebak lagu apa yang akan dikidungkan pada bagian liturgi
tertentu. Jelaslah hal ini mengganggu konsentrasi jemaat yang awalnya datang
untuk beribadah, memuji Tuhan dan mendapatkan pencerahan melalui Firman,
kemudian menjadi komentator mengenai liturgi ibadah. Persoalan mengenani instrumen
juga biasanya menjadi gejolak yang terlalu berlebihan untuk diperdebatkan oleh
jemaat. Golongan orangtua-manula menolak adanya instrument full band yang cukup mengganggu konsentrasi mereka, sementara
golongan pemuda terus memperjuangkan pengadaan intrumen tersebut. Kedua kasus
diatas menjadi permulaan terjadinya kesalahan penafsiran dari PMG itu sendiri.
Beberapa
prinsip dasar yang perlu mahasiswa ketahui mengenai musik dan instrumennya
dalam PMG adalah bahwa musik memiliki peranan untuk menciptakan kesadaran akan
kehadiran Allah dan suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia, manyatukan
jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat. Musik
dan instrumennya juga merupakan unsur yang tidak terbatas. Musik terus
berkembang seiring zaman yang terus memperbaharui keberadaannya. Prinsip dasar
tersebut yang harus kita pahami agar dalam penerapannya kita tidak mengeisegese
kebenaran yang hakiki dari eksistensi musik dalam ibadah.
Setelah
mendalami tentang kebenaran dari PMG tersebut, kita kembali melihat realitas di
mana kebanyakan dari para pelayan musik di gereja tidak dibekali pengetahuan
teologis tentang musik gereja itu sendiri, sehingga mereka terkadang hanya
menjalani PMG tersebut sebagai rutinitas, kewajiban atau malah sebagai
job/pekerjaan. Ada pula yang menganggap bahwa pelayanannya adalah panggung
konser di mana ia dapat menunjukkan kemampuan pribadinya dalam bermusik agar
orang-orang dapat terpukau melihat kelihaian bermusiknya. Jiwa dari
pelayanannya menghilang, digantikan dengan kesalahan penafsiran tersebut.
3.
Relevansi dari Pelayanan Musik
Gereja
Sebagai
wadah pemersatu, kesaksian dan pelayanan jemaat, PMG berperan penting dalam
dunia pendidikan musik (nyanyian jemaat serta insturumen pendukung ibadah). Kelemahan
gereja dalam bernyanyi adalah bahwa umat kurang memahami sifat sebuah nyanyian,
padahal tiap nyanyian mempunyai karakter, pesan, dan makna yang berbeda. Oleh karena
itu, diharapkan para koor, solois, kantoria, pemain musik, pelatih nyanyian dan
musik, dan lain sebagainya menjadi penopang bagi pengetahuan bernyanyi jemaat.
Jika gereja tidak belajar bernyanyi, maka dalam ibadah akan tampak kelemahan
dan kejanggalan yang tentunya mengganggu hikmatnya ibadah. Untuk penggunaan
instrumen, tidak ada pembatasan secara spesifik, hanya bagaimana kita mampu
memperhitungkan instrumen-instrumen tertentu yang dapat meniadakan unsur
karakter, pesan dan makna nyanyian. Atau bahkan ada instrumen yang
keberadaannya justru menggangu hikmatnya ibadah, mendominasi atau bahkan
menutupi suasana ibadah dengan menenggelamkan ungkapan kata-kata dari nyanyian.
Sekali
lagi, PMG bukan semata-mata pelengkap dari unsur ibadah, melainkan pendongkrak
agar umat dalam mengusahakan pengalaman rohani dapat secara nyata dirasakan
melalui eksistensi nyanyian bersama penyanyinya dan musik gereja bersama
pemusiknya. Hal inilah yang membangun gereja untuk semakin hidup dalam karyanya,
semakin kuat dalam imannya, semakin tertopang dalam pengharapannya, serta
semakin kaya dalam pengalaman rohaninya. Inilah teologi dari Pelayanan Musik
Gereja tersebut.
C. PENUTUP
Teologi
PMG sudah tergolong terlambat jika harus tetap menjadi pergumulan dalam jemaat
dewasa kini, namun itu bukan berarti gereja harus memilih untuk menutup mata
dari realitas bahwa PMG tetap menjadi permasalah signifikan yang harus
diselesaikan. Pengetahuan teologis mendasar tentang PMG adalah kunci utama
penyelesaian masalah ini. Mungkin banyak gereja yang terlalu berkonsentrasi
pada dunia politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain, sehingga melupakan
dunia seni yang termasuk sebagai unsur penting dalam pembangunan iman
jemaatnya.
Oleh
karena itu, marilah kembali berbenah diri untuk memperkaya teori kita tentang
PMG agar pada penerapannya mahasiswa dapat meminimalisir kendala-kendala yang
mungkin dapat mengganggu konsentrasi iman yang harus terus ditumbuhkan
bersama-sama dalam keutuhan suatu gereja. Belum terlambat untuk menyelesaikan
masalah yang seyogianya terlambat untuk hadir, sebab kita harus tetap menyadari
bahwa baik atau pun buruknya suatu gereja, akan pasti mengalami pergumulan yang
entah tepat waktu, terlambat atau malah terlalu cepat untuk hadir dan
mendewasakan iman para jemaat.
Daftar
Pustaka
1. Ismail, Andar,
Selamat melayani Tuhan : 33 renungan tentang pelayanan, Jakarta, BPK GM, 2004
2. Redaksi LLB, Pengetahuan
Dasar Musik Gereja, Bandung, Lembaga Literatur Baptis, 1983
3. Artikel
download dalam bentuk PDF berjudul “Suatu Tinjauan Teologis dan Historis” dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDgQFjAD&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F22327528%2F856245724%2Fname%2FSUATU&ei=c1lDUd6uCMbNrQfq9oCYCA&usg=AFQjCNHfudRSCqfrjTFgJNqvHjHZopFl1g&bvm=bv.43828540,d.bmk
[1]
Artikel download berjudul “Suatu Tinjauan Teologis dan Historis” dari https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&ved=0CDgQFjAD&url=http%3A%2F%2Fxa.yimg.com%2Fkq%2Fgroups%2F22327528%2F856245724%2Fname%2FSUATU&ei=c1lDUd6uCMbNrQfq9oCYCA&usg=AFQjCNHfudRSCqfrjTFgJNqvHjHZopFl1g&bvm=bv.43828540,d.bmk,
hal. 1