Kamis, Oktober 23, 2014

My own Music History

Oke.. Sekarang waktunya curhat-curhatan.. :D
saya yang ditengah ^^
Dalam "omong kosong" kali ini, saya berniat menceritakan kisah perjalanan bermusik yang selama ini saya tempuh. Mungkin terkesan ababil dan tak bermanfaat. Tapi pada intinya, suatu pengalaman tidak pernah berlalu tanpa menyisakan makna. So, let's check it out (if you wanna know). XD




Perjalanan musik itu dimulai dari saat saya menduduki bangku kelas 3 SD.
Bangku itu tidak pernah kosong?!@!@#!

SALAH !!!






Pada saat itu, saya sudah mulai diperkenalkan dengan salah satu selingkuhan saya yang berdawai, gitar akustik tidak bermerek (alias lupa) pemberian dari om untuk abangku. Abang dan mamakku yang pertama mengajari saya lagu "Sue Ora Jamu" dengan nada dasar do = A. To play it so simple, cuma chord A, D, E, lalu A lagi. Sesimple-simplenya kini, dulu itu sangat susah loh. Apalagi pertama memegang gitar langsung model kidal (karena memang saya kidal).

Dengan kesulitan yang saya alami itu pun, kursus sehari itu tidak saya lanjutkan lagi karena memang minat bermain anak kecil itu belum begitu besar di musik. Paling kelereng, atau kalau tidak layang-layang. :>



Nah, sampai kelas 2 SMP saya sudah tidak pernah bercengkeramah dengan perihal musik. Entah kenapa, bapak mendaftarkan saya untuk kursus keyboard di Citra Music Studio secara privat. Saat itu, rhytm yang paling saya sukai adalah "Love Song" di Yamaha PSR 3000. Lagu melankolis apapun harus diiringi dengan rhytm itu. Saya hanya menjalani kursus keyboard itu selama 3 bulan plus 1 bulan les piano saat saya sudah di bulan ke dua dari kursus keyboard. Hal umumlah yang membuat saya berhenti dari kursus tersebut, MALAS --__--" .



Akhirnya, bermodal 3 bulan kursus keyboard dan 1 bulan kursus piano di kakak Nana Souisa, saya mulai melayani sebagai organis (baca: keyboardist) dalam ibadah minggu. Pada waktu itu, saya wajib melatih lagu selama 1 minggu sebelum melayani, berhubung dengan kelincahan yang memadai dan feeling yang masih semerawut.

melayani di jemaat Sisaromase Pacongkang, Soppeng
Seiring dengan giat pelayanan musik yang saya laksanakan selama setahun lebih di jemaat Damai Kariango, minat dalam bidang musik pun semakin berkembang. Termasuk kemampuan bermain musik (agak sombong >_< ). Dalam masa-masa itu, saya mulai menciptakan beberapa lagu rohani yang dangkal makna teologis dan minim variasi. Maklumlah, ABG cipta lagu, mau diharap apa? Beberapa karya yang masih saya ingat adalah "Natal T'lah Tiba", "Engkau Yang Lahir", dan beberapa lagu yang sudah saya lupa. (Sekedar info, lagu Natal T'lah Tiba sempat digunakan anak sekolah minggu untuk persembahan pujian di ibadah natal saat saya sudah SMA. Hehehe.).

Pada akhir masa SMP, minat untuk bermain gitar mulai muncul setelah melihat beberapa teman yang bisa memainkan si body seksi itu. Belajar chord gitar dari buku-buku lagu, diajar sama teman, diajar sama abang, itulah yang membuat kemampuan bermain gitarku berkembang. Umumnya lagu yang saya pelajari saat itu berasal dari grup band nasional yang sedang booming, yaitu Ungu, Peterpan, ST 12, dan lain-lain-lain-lain-lainnya (alias lupa lagi).


Sedang meningkatkan skill bermain gitar, saya sempat diajar dasar drum juga sama abang karena pada saat itu, band ababil yang kami buat di SMP Angkasa, kekosongan personil drum. Sebenarnya komposisinya adalah Aisyah sebagai vokalis, Ardiansyah sebagai gitaris 1 (yang kini mahasiswa teknik UNHAS. Maap klo salah, bro), Asrianto sebagai gitaris 2 (yang kini berprofesi sebagai tentara), Bachtiar sebagai bassis (yang kini mahasiswa AMI Veteran), dan saya sebagai keyboardis yang berpindah posisi sebagai drumer (abal-abal). Meskipun sudah latihan beberapa lama untuk event perpisahan sekolah, kami tidak sempat memainkan lagu "Bendera - Cokelat" itu karena satu dan banyak hal.
Berpindah di masa SMA. Entah dapat ilham dari mana, perkembangan feeling sangat pesat. Yang dulu hape penuh SMS chord dari abang, tiba-tiba malah saya yang terkadang membenarkan chord yang salah dimainkan oleh abang saya. SUNGGUH MENGEJUTKAN, SAUDARA-SAUDARA!!

Proses itu kini saya maknai sebagai talenta yang Tuhan anugerahkan, karena mungkin Ia ingin saya mengabdi lewat bidang ini. Dan akhirnya nyatalah, hampir seluruh dunia musik di masa SMA saya habiskan di gereja. Awalnya saya dan beberapa teman membentuk band bernama "The Chip'z" yang terinspirasi dari seorang guru bertahai lalat yang sudah mengoperasi tahi lalatnya. Band itu dilengkapi dengan Johan atau Dika sebagai vokalis  (yang kini mahasiswa di UKDW) sebagai vokal, Gino sebagai gitaris 1 (yang kini ayah dari seorang anak yang manis), Erdy sebagai gitaris 2 (yang kini seorang mahasiswa Atma Jaya), saya sebagai bassis, dan Dennis sebagai drumer (yang kini juga mahasiswa Atma Jaya).

Selain atas dasar kesamaan hobi, band ini juga dibentuk untuk memenuhi panggilan panggung (cieileh...) yang diselenggarakan di SMA Gamaliel saat itu.

Seiring berjalannya waktu, beberapa perombakan terjadi dalam tubuh The Chip'z sehingga terbentuklah sebuah band baru yang beranggotakan Ferry dan Syukur di vokal, Erdy dan saya di gitar, Andre di bass dan Dennis di drum. Band ini kami namakan "Ark-on-D" yang sarat akan makna (hmmm). Ark yang berarti bahtera dan D singkatan dari Dreams. Dari terjemahan itu, kami memaknai bahwa band kami merupakan bahtera kami bersama untuk menggapai mimpi kami. Dengan satu visinya kami untuk melayani Tuhan, maka pengalaman pelayanan musik saya semakin banyak dan berkembang. GKI Samiun Makassar yang menjadi wadah kami mewujudkan kerinduan tersebut dan True Worshiper serta GMB (juga J-Rocks) menjadi tema utama kami meraup banyak inspirasi untuk kami tuangkan dalam aransemen kami. Band ini akhirnya terpecah seiring dengan berpisahnya kami saat kelulusan.

Yang saya rasakan, masa SMA inilah yang begitu banyak membenahi skill personal dan skill teamwork yang saya miliki. Loyalitas dan solidaritas semakin terbekali sehingga terkadang membuat saya bertengkar dengan orangtua karena keover-aktivan saya dalam dunia musik. Nilai sempat turun drastis hingga pertama kalinya saya mencetak rekor nilai merah dalam raport. Memang itu dibiangi oleh ketidakprofesionalan saya dalam management waktu sehingga band menjadi prioritas dan pendidikan dinomor-empatkan (karena masih ada urusan pacar dan keluarga. Haha)

Beberapa event yang sempat Ark-on-D ikuti di Makassar adalah Festival Band se-Sulawesi Selatan yang diadakan Ardiles (tidak juara) dan Festival Band Rohani yang diadakan oleh Booming Youth (tidak juara lagi). Dalam kasus ini, band kami memang terhitung band baru yang seluruh personilnya masih dalam tahap pembelajaran sehingga tidak satu pun event yang kami bisa juarai. Namun terlepas dari itu, rekor pelayanan Ark-on-D (dengan penuh keyakinan) sudah tercatat di buku harian-Nya, sehingga kelak mungkin ada dari kami yang akan bermain musik di "sana" untuk mengiringi puji-pujian. (DIAMINKAN!)

Selepas SMA, pergumulan untuk menentukan langkah selanjutnya dimulai. Kegagalan yang sempat saya alami untuk masuk dalam Universitas Kristen Duta Wacana, Fakultas Teologi, membuat saya minder untuk menjadi pelayan seutuhnya. Terlebih saat wawancara, saya malah disuggest untuk masuk di Fakultas Musik Gereja (jika ingin tetap melayani). Akhirnya sempat terpikir untuk masuk di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Namun apa daya, banyak pertimbangan yang mengharuskan saya masuk di dalam lembaga STT INTIM Makassar.

ini lagi serah terima keteng-keteng (alat musik tradisional Karo) dari bang Nuel
Di mana pun saya berkenalan, saya selalu ingin diketahui sebagai pemusik. Atas dasar ingin menunjukkan bahwa "inilah yang saya bisa, jangan paksakan saya di olah raga", maka saya berkenalan dengan teman-teman serta senior-senior di kampus sembari menunjukkan kebolehan saya dalam dunia musik. Dengan cara-cara itulah, dua senior langsung mendatangi saya, bang Immanuel Sembiring dan bang Kazpabeni Ebenezer Ginting, untuk memasukkan saya dalam jadwal pelayanan di Ibadah Civitas Akademika STT INTIM Makassar sebagai organis.

Dimulai dari keyboard, saya menunjukkan kebolehan, padahal yang sangat dibutuhkan adalah pianis. Akhirnya saya mencuri teknik-teknik dasar bermain piano dari mereka berdua dan dari salah satu rekan sekerjaku, Miekson Godlieb. Selanjutnya gitar, dan sudah empat tahun berada di kampus tercinta tidak pernah absen dari Dies Natalis kampus sebagai pengiring. Selanjutnya lagi drum (ini yang unik), kami sempat membentuk band bernama Six Senses yang dianggotai oleh kakanda/yang tercinta Verlouna Aresta Sirappa sebagai vokalis, Wawan dan Wahyu sebagai gitaris, Andre (lagi) sebagai bassis, Miekson sebagai keyboardis, dan saya sebagai drum. Kami sempat bermain di Festival sekaligus Expo di CCC.

Pengalaman lainnya (yang tak terhitung) terdukung oleh kedua abang tadi yang terus mendorong (hingga jatuh.... namun bangkit lagi), menyemangati (hingga terlalu semangat), mengajari (hingga lupa karena terlalu banyak yang diajar), dan segala sesuatu untuk mengembangkan skill bermusik saya. Yang sangat saya syukuri adalah Tuhan menganugerahkan saya kemampuan untuk bermain di hampir semua instrument. Anugerah itu sangatlah menjadi alasan bahwa hampir semua kegiatan yang menggunakan musik saya ikuti dan berhubung mereka berdua yang sering dipercaya sebagai pengkoordinirnya, maka saya pun pasti ikut terlibat. Dalam hubungan mereka berdua, mereka pun dianugerahi ucapan terima kasih khusus dari Unit Pengelola Ibadah kampus atas dedikasinya dalam mengembangkan musik di kampus.

Selain terus melayani, mereka juga sering mengereasikan musik tradisional di dalam pelayanannya sehingga akhirnya minat dan bakat itu agak tertular. Misalnya dalam aransemen musik "Tabuh Gendang" (KJ 292) yang kami masukkan gendang Toraja, lagu "Di Muka Tuhan Yesus" (KJ 29) yang kami masukkan keteng-ketang Karo, dan puji-pujian lainnya yang kadang kami masukkan etnik Ambon, Papua dan lain-lain. Semua itu kami lakukan hanya karena kami mensyukuri bahwa Tuhan memperkenalkan musik (baik tradisional dan modern) kepada kami sehingga kami pun ingin memperkenalkan kreativitas anugerah Tuhan kepada jemaat. Harapan besar kami adalah STT INTIM Makassar menjadi wadah pengenalan musik gereja yang penuh kreativitas dan makna teologis untuk menjadikan pemusik-pemusik gereja semakin tertarik untuk melayani.

Tidak terlepas dari itu semua, kini ada dua wadah yang saya geluti yang juga menjadi bagian sejarah bermusik saya kelak. Centracapella dan Eastern Prayers.

Saya ingin memulai dari Centracapella.

Centracapella (CA) ini dibentuk pada bulan November 2012 oleh kedua abang tadi sebagai Founding Fathers. Hahaha. Karena tidak teringatnya tanggal tepat terbentuknya grup ini, maka kami menyepakati bahwa CA berulang tahun sama dengan ulang tahun saya. 11 November. Centracapella terdiri dari 2 kata, Centra yang berarti pusat dan Acapella yang berarti bernyanyi tanpa iringan musik. Kami memilih kata Centra karena kami berasal dari berbagai etnis dan kampung halaman yang berbeda-beda. CA selalu menargetkan komposisi tidak lebih dari 10 orang untuk menjaga harmonisasi tidak tumpang tindih.

Pada komposisi awal CA terdiri dari bang Nuel, bang Eben, kak Steven Bell Oruh, kak Jeff Fenech Latuheru, saya, Yohan Monce Sulla, Elroy Quelle Mamoribo, Andronikus, Jems, dan Joshua Jeremis Kalalinggi Sapan. Dalam perjalanan, Jojo mengundurkan diri sehingga kami tetap berjalan dengan komposisi 9 orang. Pada periode berikutnya kak Steven mengundurkan diri dari CA sehingga kami menggantikannya dengan Gerry Christian Manumpil dan Darius Ade Putra. Pada periode berikutnya, CA merekrut Gunardi Agrlinta untuk menggantikan posisi bang Nuel yang pulang kampung terlebih dahulu. Dengan berakhirnya masa studi para founders, tanggung jawab pelatih diturunkan kepada saya yang sudah sempat diajar teknik mengaransemen lagu untuk akapela. Pada awal semester ini, Yohan mengundurkan diri untuk fokus dalam penulisan skripsi. Kini komposisi CA berjumlah 9 orang, yaitu kak Jeff, saya, Roy, Andro, Jems, Gerry, Darius, Gugun dan Ando sebagai personil baru.


Dari grup ini, saya sangat banyak dibekali teknik mengaransemen lagu untuk akapela. Namun di samping itu, yang sangat saya syukuri adalah ketika saya bisa menandatangani partitur yang saya aransemen sendiri. Entah terlalu pietis atau tidak, namun sungguh besar anugerah Tuhan untuk saya. Dengan tanda tangan tersebut, saya belajar pula untuk semakin menghargai karya seni musik dalam setiap partitur yang saya lihat. Baik buruknya karya tersebut, tidak mudah menciptakan aransemen dan menuangkannya di kertas agar semua yang mampu membacanya bisa paham dengan maksud si pengaransemen.

Aransemen pertama yang saya ciptakan terambil dari NKB 210 "Ku Utus Kau". Selanjutnya medley lagu "Selamat Ulang Tahun"nya ELITE Band ke lagu "Angkatlah Hatimu Pada Tuhan" karya Arnoldus Isaak Apituley (PKJ 4), "Dalamnya Kasih-Mu, Bapa"nya True Worshipers, dan yang terakhir "Yesus Kristus Sumber Hidup" ciptaan Abraham Fernandus dan G. Soumokil. Sejauh ini, karya-karya tersebut jauh dari sempurna, juga pembawaannya belum sesuai interpretasi yang saya maksudkan. Namun saya tetap terus berusaya untuk menghasilkan karya-karya (baik itu aransemen ataupun ciptaan) bagi CA agar CA dapat terus aktif melayani di dalam dunia tarik suara gerejawi.

Selanjutnya tentang CA, saya memiliki banyak bekal saat saya berpraktek di Jemaat. Aransemen pertama yang saya buat di Soroako berasal dari PKJ 105, "Gereja Bagai Bahtera". Kendari merupakan konteks yang membuat saya semakin produktif. Jiwa semangat pemuda yang menggebu-gebu mendorong saya untuk terus berkarya, hampir setiap minggu. Lagu-lagu yang saya aransemen di Kendari adalah "Kasih Setia-Mu yang Kurasakan" karya Ir. Niko Njotorahardjo, "Nyanyi dan Bersoraklah (Shout to the Lord)" karya Darlene Zschech, "Datang ke Hadirat Tuhan" karya Robert dan Lea Sutanto, "Setia Pada-Mu" yang dipopulerkan oleh Frangky Sihombing, "Yesus Hanya Sejauh Doa" yang tidak saya temukan penciptanya di internet (minta maaf sang pencipta lagu), serta "Perubahan Besar" (PKJ 239) karya R. H. Daniel.
Dari semua lagu tersebut, Yus, kak Iman, Panca serta teman-teman pemuda lain yang menjadi motivator sekaligus inspirasi saya. Mereka tidak begitu mahir dalam membaca not tapi sangat semangat untuk belajar. Mereka tidak begitu ahli dalam bermain musik tapi sangat terpacu untuk berkembang. Semuanya itu membuat saya ingin terus menuangkan karya hingga meluangkan waktu untuk mengadakan pembinaan musik dan nyanyian gereja di jemaat Galilea Baruga, Kendari, dengan segala keterbatasan pengetahuan dan fasilitas yang kami miliki. Pada akhir masa praktek di sana pun, saya akhirnya memiliki pengalaman pertama kalinya melatih paduan suara jemaat. Tidak berjumlah besar, hanya dengan komposisi 3 sopran, 4 alto, 2 tenor dan 4 bass, kami memuji Tuhan dengan pujian Perubahan Besar.

Sedikit tentang latar belakang pengadaan paduan suara tersebut. Pada masa praktek, Pak Gusti sebagai ketua majelis berkerinduan pula untuk terlibat langsung dalam latihan seperti latihan dengan pemuda yang hampir setiap minggu kami laksanakan. Akhirnya dengan banyak keberanian dan sedikit pengetahuan saya mengaransemen lagu Perubahan Besar tersebut. Ada hal yang melatar-belakangi pemilihan lagu tersebut. Pertama, lagu itu lagu baru, kedua lagu tersebut bernada gembira dan membawa, dan yang ketiga ini agak panjang. Saya jelaskan di paragraf selanjutnya supaya paragraf ini tidak kepanjangan. Hehe..

Pada pertengahan masa praktek saya di Kendari, muncullah wacana bahwa saya, Pardamean Simatupang, sangat membuat perubahan dalam kehidupan pelayanan di Kendari. Beberapa masalah internal memang sempat membuat jemaat ini agak vakum dalam pelayanan sehingga terkesan monoton dan tidak berwarna. Wacana "pembuat perubahan" itulah yang membuat saya takut bahwa saya merampas kemuliaan Tuhan dengan topeng "mahasiswa praktek". Akhirnya saya memutuskan untuk memilih lagu Perubahan Besar. Saya percaya lirik lagu dapat memberi sugesti.
"Perubahan besar di kehidupanku, sejak Yesus di hatiku".
Kata "sejak Yesus di hatiku" diulangi sebanyak 5 kali dalam setiap ayatnya. Meskipun saya tidak sempat menyampaikan latar belakang pemilihan lagu ini (saya mengucap terima kasih karena sudah mau menjadi kelinci percobaan saya, sebab mereka adalah paduan suara pertama yang saya latih), namun sekali lagi saya yakin bahwa lirik memberi sugesti. Saya ingin mereka, sebagai jemaat yang tergolong muda, dapat mandiri dalam pelayanan di dunia ini tanpa tergantung dengan kehadiran pelayan. Dan yang sangat saya ingin mereka pahami adalah perubahan yang terjadi saat saya berada di sana bukan karena saya-nya, tapi karena mereka ingin menerima kehadiran Yesus di hati mereka.

Kehadiran saya mungkin hanya sebagai pendorong "nafsu" bersekutu mereka, namun nafsu itu hanya dapat terpenuhi ketika mereka ingin benar-benar bersekutu. Saya pun sangat yakin bahwa keinginan tersebut dapat terwujud ketika dendam, amarah dan kekecewaan yang mereka pendam dapat mereka lepaskan dan menerima Yesus sebagai pendamai dan pembawa sukacita dalam hati mereka.


Pada akhirnya, saya selalu menekankan bahwa semuanya kembali kepada jemaat. Saya dengan bimbingan Tuhan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membekali jemaat dengan pengetahuan yang saya dapatkan di lembaga tercinta, baik itu tentang musik dan nyanyian gereja juga tentang homiletika, agar jemaat dapat terus dilayani dan saling melayani. Sejauh proses sejarah musik saya, jemaat Galilea Baruga juga menjadi bagian yang menarik dari semua.




Kembali ke topik. Kini dengan Eastern Prayers (EP). Secara resmi, tidak ada founding fathers dalam grup ini. Namun saya selalu menekankan bahwa bang Nuel-lah yang merekrut setiap personil dalam komposisi awal.
Awalnya, kami ingin mengikuti sebuah Festival Akustik Gerejawi yang diselenggarakan oleh Gereja Kibaid Tamalanrea. Patricia Lisa Syaranamual di vokal, Gerry dan Briand Pieter Tetelepta di gitar, Dewa Garaga Barapadang di bass, dan saya di cajon (baca: kahun, sebab banyak orang masih keliru mengucapkannya. hahaha). Posisi bang Nuel saat itu adalah pelatih. Nama ini Eastern Prayers merupakan nama usulan abang saya yang di mana Eastern berarti (orang-orang) dari timur dan Prayers yang berarti para pendoa. Eastern merupakan simbolisasi lembaga STT INTIM yang menghimpun kami dan Prayers simbolisasi dari status kami sebagai mahasiswa theologi. Kami sangat menekankan kedua simbolisasi itu karena, di samping pelayanan, kami ingin memperkenalkan kepada DUNIA (bededeh) bahwa STT INTIM memiliki pemusik.

Seiring berjalannya waktu, EP meresmikan hari jadinya pada 16 Oktober 2013 saat pelayanan perdana di acara KNMTI 2014 dan mulai merekrut para pemusik di kampus yang memiliki loyalitas dan motivasi dalam pelayanan. Dua aspek itu sangat penting dalam EP karena grup band ini bergerak dalam rana pelayanan. Loyalitas sangat penting untuk menjaga keutuhan tubuh para pelayan musik yang kadang dianggap menjadi hal terpenting kedua di dalam ibadah, di samping khotbah. Saya mengatakan demikian karena para pemusik gereja memiliki peran aktif untuk mengajak jemaat melalui iringannya menemui dan merasakan hadirat Tuhan di dalam ibadah (ini penting untuk diketahui para pelayan musik, jangan cuma datang main ambil transport baru pulang!!!).

Aspek motivasi yang menjadi prioritas. Seperti saya singgung sebelumnya, jangan sampai kita (yang hanya manusia) merampas kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan. Hal ini seringkali terjadi dalam dunia pelayanan, baik itu khusus di pelayanan musik ataupun pelayanan yang lainnya. Selalu melandasi pelayanan demi kemuliaan Tuhan itu penting. Selain menyenangkan hati Tuhan, saya percaya bahwa pelayanan yang didasari dengan motivasi tersebut akan lebih total dan maksimal.

By the way, kenapa saya jadi seperti buat materi untuk pembinaan musik gereja?? -_-"

Kembali ke EP. EP termasuk salah satu wadah pengembangan musik saya karena di dalamnya saya dituntut untuk mampu berprofesional. Memang EP lebih banyak mengembangkan saya dalam hal organisasi musik gereja. Sebagai salah satu senior (secara angkatan) dalam EP, saya dituntut untuk menjadi teladan bagi semua rekan-rekan pelayan saya yang notabene adalah junior saya. Tuntutan itulah yang membuat saya semakin perlu untuk berlatih, menahan kesabaran, memberi contoh yang baik, dan segala hal positif yang bisa saya lakukan untuk diri saya dan pelayanan grup ini.

Kini EP berada di bawah tanggung jawab kak Jeff yang kami percayakan untuk meng-cover segala urusan yang perlu dipertanggungjawabkan. Kami tidak pernah memiliki susunan personil yang pasti, sebab kami berusaha merekrut pelayan-pelayan baru yang multi-talented dan terus melatih diri agar semakin multi-talented. Dengan bergulirnya waktu, susunan personil EP juga berganti dengan banyaknya dinamika yang terjadi. Yang pasti kini EP berjumlah 15 orang yang ditujukan untuk memenuhi seluruh panggilan pelayanan tanpa mengabaikan kuliah yang adalah prioritas kami. Komposisi yang sering kami gunakan adalah 5-8 orang dalam satu tim. Siapa yang bisa, dialah yang turun untuk melayani.

Jadi, sangat jelas bahwa di EP ini saya dilatih dalam hal organisasi musik gereja. Profesional dalam bertindak dan profesional dalam me-manage. Dalam beberapa bulan belakang pun, demi menunjang pelayanan EP, saya dan teman-teman memperbaiki beberapa instrumen yang sudah rusak seperti gitar dan ukulele, lalu membuat cajon sendiri :)) Selama berada di EP, kini sudah 3 lagu yang saya ciptakan berdasarkan Mazmur 150 (Theme Song EP dan Mazmur 150) serta Mazmur 28 (Nyanyian Permohonan)

Demikian hal yang saya dapatkan dari EP. Namun setidaknya, saya memperkenalkan rekan-rekan sepelayanan saya yang resmi berada dalam EP.

Girls in EP:
  1. Patriciawati (Chica), adik utusan saya yang multi-talenta. Sering di gitar dan vokal, bisa di bass dan cajon. Sedang belajar keyboard dan membimbing Fanny.
  2. Senda, anggota baru yang bisa memainkan keyboard. Sedang mempermantap permainan keyboard di bawah bimbingan Lisa.
  3. Wynda, hampir selalu di vokal, bisa keyboard dan gitar. Sedang mempermantap permainan keyboard di bawah bimbingan Briand.
  4. Yapia, juga anggota baru di vokal. Sedang belajar keyboard di bawah bimbingan Andi.
  5. Fanny, anggota baru juga di vokal. Sedang belajar gitar di bawah bimbingan Chica.
  6. Lisa, paling sering di vokal dan keyboard, bisa di semua tapi hanya di pasang di vokal dan keyboard. Sedang belajar biola dan membimbing Senda.
Boys in EP:
  1. Briand, sempat vakum namun bangkit kembali (tawwa.. :D ), bisa semua bahkan vokal, hanya lebih sering dipasang di keyboard dan gitar. Entah sedang belajar apa, karena dia lebih sangar bermain dari pada saya -_-". Dia juga sedang membimbing Winda.
  2. Eno, selalu di cajon karena memang dia masternya. Entah sedang belajar apa, karena memang dia major di instrumen beat dan perkusi (marakas dan tamburin). Dia sedang membimbing Marco.
  3. Saya sendiri, hanya vokal yang tidak boleh dipasang. Sedang mempermantap keyboard dan gitar, serta membimbing Mulder sebagai kader EP.
  4. Kak Jeff sebagai penanggung jawab yang terkadang bermain cajon dan bernyanyi :)
  5. Dedy, hampir selalu dipasang di gitar tapi ternyata lebih berbakat di cajon. Sedang mempermantap permainan gitarnya di bawah bimbingan Gerry dan terus melatih diri di cajon.
  6. Andi, bisa semua tapi lebih sering di pasang di keyboard dan gitar. Kalau di pasang di bass, dia nanti buat melodi. Hahaha.. Sedang mempermantap keyboard, gitar, dan semua-semuanya. (y). Sedang membimbing Yapia dan Elsa sebagai kader EP.
  7. Dewa, juga sempat vakum seperti Briand namun akhirnya kembali terpanggil (tawwa juga XD ). Bisa di semua dan entah sedang mempermantap apa, karena skillnya juga sudah mumpuni.
  8. Gerry, sering di gitar, tapi bisa juga di pasang di bass dan cajon. Sedang belajar keyboard dan drum. Hahahah. Dia sedang membimbing Dedy.
  9. Marco, kalau tidak di cajon di perkusi. Sedang mempermantap permainan cajonnya di bawah bimbingan Eno.

Demikian susunan personil EP yang mungkin menjadi penutup sejarah perjalanan bermusik yang saya alami. Ke depannya pasti saya masih akan terus berkembang dan berkembang (ini optimis, bukan sombong. Sedikit saja. Hahahaah) seiring dengan latihan serta harapan yang saya sampaikan kepada Sang Pemberi Talenta. Memang terkesan boring, tak bermanfaat dan terkesan sombong (sekaleeee), namun ada satu yang ingin saya bagikan di sini:


Bermusik itu bukan soal berapa lama anda berkenalan dengannya dan seberapa berbakat anda dalam mengolahnya. Tapi bermusik adalah seberapa anda tertarik dan cinta dengannya untuk anda kembangkan dan digunakan kembali dalam pelayanan anda.

Selamat menilik kembali sejarah bermusik anda dan selamat memaknai setiap seluk-beluknya, agar anda semakin paham bahwa musik bukanlah pewarna, namun musik adalah pemberi rasa dalam setiap masakan, ehh, pemberi rasa dalam setiap kehidupan maksudnya.

Salam pemusik!

EDISI TAMBAHAN

Sejauh bergelut dalam dunia musik, sudah ada beberapa karya yang saya ciptakan baik itu sekuler maupun rohani yang terinspirasi dari tokoh-tokoh yang berperan dalam hidup saya.
Salamku Untuk Mereka
Lagu ini, terutama, terinspirasi dari kakak saya yang kini telah dalam penantiannya menunggu penghakiman Tuhan. Kadang saya berimajinasi bahwa dia sudah bersama-sama dengan Tuhan, bernyanyi untuk Tuhan, dan berpesta dengan Tuhan saat merayakan hari kelahiran Yesus.

Reffreinnya berlirik, "Ya Allah, Bapa, ijinkan ku menyapanya. Karena hanya lewat doa ini ku dapat sampaikan betapa ku sangat rindukannya, ku sangat menyayangi dirinya. Salamku untuk mereka."


Hati Damai dan Teguh
Lagu yang ini terinspirasi dari nama kami bertiga (saudara-saudariku maksudnya).. Abangku namanya dr. Kristeguh Tirano Hardi Simatupang, S.Ked, lakakku namanaya Tiurma Penaa Simatupang, dan saya?? Pardamean Simatupang lah!! -_-"

Reffreinnya berlirik, "Tak ku ragu maju, mantapkan langkahku s'lama kau tetap menopangku. Tak kan gentar aku menghadapi semua bila hati damai dan teguh, bebasku teruskan hidupku"

Nah, bebasnya itu terispirasi dari nama bapak saya, Pdt. Libert Simatupang, M.Th. Karena nama mama minim makna, lagu ini agaknya ditujukan ke mama yang menjadi objek penyampaian lagu (dipuitiskan dalam bahasa lagu lewat kata "kau" yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan "you" yang di mana dipergunakan bagi segala objek penyampaian). <-- penjelasannya panjang untuk menghindari ketidak-sopanan dalam menyapa orangtua.. hehehe. peace ma' ^^v





Nah, yang terakhir ini bukan judul lagunya saya tulis, soalnya lagunya sudah sealbum sebagai hadiah 1st Anniversary yang merupakan kumpulan lagu ciptaan saya yang saya ciptakan dari mulai PDKT. Pasti sudah ngerti...... Wkwkwkwkwk

Verlouna Aresta Sirappa, it's her that motivated me and inspirationed me to improve my music skill to serve Him more.




There are a few songs that I've created for her..

  1. Maafkan
  2. Harapanku
  3. Cukup Sudah
  4. Terakhir Untukku
  5. Happy Ending
  6. Satu Untukmu
  7. Harapanku 2
  8. Kacau
  9. All For Her
  10. Kata Cinta <-- yang ini belum direkam karena duet -_-"
  11. Forever <-- yang ini belum dia tahu.. xixixi



Dari beberapa lagu di atas memang belum ada copyrightnya, tapi saya sudah posting di beberapa akun saya (just for fun) dengan keyakinan bahwa setiap musisi ataupun penikmat musik mampu menghargai karya cipta sesama musisi ataupun penikmat musik.. Jadi kalau mau sekedar dengar-dengar saja, silahkan cek di akun soundcloud saya atau di youtube. Linknya bisa lihat di FB saya.

After all, dengan tetap sedikit sombong, saya ingin mengajak semua yang baca curhatan ini sampai di titik darah penghabisan (jahhh!!) untuk terus produktif dan berani berkarya.. Jangan mau tertinggal dengan perkembangan zaman. Saya pun rekaman bukan rekaman pro, malah pake' hape plus banyak tips dari sepupu, Ade yang sudah banyak pengalaman dalam hal home recording. Carilah inspirasi hidupmu, berkarya untuknya dan persiapkan diri untuk menjadi musisi yang sebenarnya lewat pengalaman dan tentunya, keep practicing.

So long, my loyal reader.. I am nothing without your comment to improve my blog quality..
Bless from God for you all! Hallelujah!!